Analisa Karbohidrat

        Berbagai cara analisa dapat dilakukan terhadap karbohidrat untuk memenuhi berbagai keperluan. Dalam ilmu dan teknologi pangan, analisa karbohidrat yang bisa dilakukan misalnya penentuan jumlahnya secara kuantitatif dalam rangka menentukan komposisi suatu bahan makanan, penentuan sifat fisis atau kimiawinya dalam kaitannya dengan pembentukan kekentalan, kelekatan, stabilitas larutan dan tekstur hasil olahannya. Dalam ilmu gizi mungkin sangat penting untuk mengadakan analisa biologis (bioassay) senyawa-senyawa karbohidrat dalam kaitan peranannya membentuk kalori, pencegahan penyakit (diabetes, karies gigi, kegemukan, dan lain-lain), serat kasar dalam pencernaan (dietary fibers) dan sebagainya.
            Dalam bidang bioteknologi, analisa yang dilakukan untuk menentukan jenis dan perubahan kimiawi yang dialami karbohidrat proses fermentasi misalnya menjadi penting untuk menentukan kondisi proses yang optimal. Dalam bidang kimia murni, analisa dilakukan, misalnya untuk penentuan struktur polimer karbohidrat, bentuk rantai polimer yang lurus atau bercabang, sifat optis aktifnya, reaksinya dengan unsur lain dan sebagainya. Sedangkan dalam biokimia, analisa karbohidrat dapat meliputi analisa perubahan-perubahan yang terjadi selama proses biologis, peranan dan fungsinya dalam pembentukan biomolekul atau kaitannya dengan struktur sel.
            Karbohidrat yang berbentuk polimer memiliki ukuran molekul yang sangat besar dan kompleks serta memiliki satuan monomer berbagai jenis menyebabkan karbohidrat sulit ditemukan jumlah sebenarnya. Sering jumlah karbohidrat hanya dapat dinyatakan sebagai jumlah monomer penyusunnya saja misalnya sebagai heksosa atau pentosa total. Bahkan untuk senyawa polimer yang homogeny (homoglikan) misalnya pati yang terdiri dari monomer glukosa saja, masih memerlukan kurva standar yang menunjukkan hubungan antara jumlah pati murni dengan indikatornya (misalnya gula reduksi hasil hidrolisanya). Karena terdapat perbedaan ukuran molekul antara jenis pati yang satu dengan yang lain dan sulitnya mendapatkan pati yang betul-betul murni yang bebas air dan senyawa-senyawa lain maka cara analisa penentuan jumlah pati yang sebenarnya menjadi sangat sulit. Reaksi pewarnaan dengan iodin pada pati, misalnya masih sangat bervariasi sehingga kurang cermat (precision) karena adanya perbedaan besar kecilnya molekul pati, perbedaan sumber pati ataupun adanya interaksi dengan bahan-bahan lain.

Sumber :

Sudarmadji Slamet, Bambang Haryono, dan Suhardi. 2007. Analisa Bahan Makanan Pertanian. Liberty. Yogyakarta. 

Comments

Popular posts from this blog

Tepung Terigu dan Standar Nasional Tepung Terigu

PT. So Good Food Jl. Raya Solo - Boyolali

Tepung Tapioka kegunaannya dan Standar Nasional