Mengapa musti Marah

            Malam hari yang sangat melelahkan menempel dibadanku, dengan rasa senang aku tak boleh melewatkan acara talkshow menarik yang ditayangankan oleh salah satu stasiun televise terkenal. Melihat acara televisi tersebut, pikiranku berlari kencang untuk membuat planning hari yang akan dating atau besuk. Tak ada pikiran akan membuat kegagalan, aku tak ingin waktuku terbuang karena hanya melihat iklan yang tiap kali datang. Aku rasa optimisme tinggi aku membaca buku favoritku, yaitu cara mencari uang sampingan. Brau selesai satu lembar bacaan yang aku baca, acara televisi mulai tampil, buku aku tutup sebentar. Baru beberapa menit berlalu, “Eh iklan berjumpa kembali dilayar televisi yang baru bagus-bagusnya ditonton”. Ngantuk mendekatiku, ada sebuah bantal disampingku, pelan-pelanku geser, bersadarlah tubuh lelah ini. Bermaksud hanya sebentar, kedua mata menempel begitu saja, suara yang menurutku mengganggu kehidupan mimpi lelapku berbunyi keras, tak ada merdu-merdunya. Dengan semangat kedua mata membuka kandangnya masing-masing, jadilah aku terbangun, melihat jam dinding menunjukkan jam 03.30 pagi. Sadar hanya 10% aku mengingatkan Kakakku yang tertidur disampingku untuk menunaikan ibadah Sholat Isya’ dan Sholat Tahajjud. Setelah sepuluh menit berlalu Kakkaku terbangun, lalu menunaikan ibadah Sholat. Tak sadar kedua mata yang tadi nyala hanya 5 watt kemudian tidur lagi. Kepala berputar-putar terbangun lagi udah jam 05.00 pagi, kata hati mengatakan, “Ayo segera mengambil air Wudlu untuk menunaikan Sholat Shubuh”. Raga ini menolak memilih pindah tempat tidur ke kamarku sendiri.
            Terbangun jam 06.30 pagi baru Sholat Shubuh, kata hatiku mengatakan, “Banyak sel-sel yang aku sengaja tak difungsikan, kemalasan luar biasa terdapat dipribadiku aku patuhi yang seharusnya itu perintah yang dilarang Agama, juga Sholat yang ditunda sebenarnya tidak boleh, lebih parahnya kesuksesanku akan menjadi lama, tak kunjung-kunjung datang begitu saja”. Sehabis menunaikan ibadah Sholat Shubuh aku memulai kegiatan sehari-hari menjaga ponakan hingga tidur pagi sekiranya jam 09.00 pagi baru tidur entah masih main-main dikamar ditunggu aja beberapa menit atau jam nanti tidur dengan sendirinya. Planning A sudah gagal yang seharusnya kemarin malam aku tidak boleh tidur secepatnya untuk mengerjakan tugas kuliah ternyata dengan rasa tidak ada tanggung jawab enak itu ya tidur waktunya malam. Planning B belum ada rencana untuk hari ini jadi ngalir aja nggak jelas. Ya udah niatnya sih jahitin pakaian pemberian Kakak yang dikasih ke aku untuk pakaian kuliah tapi waktu udah mendekati Adzan Luhur. Ibu memberi tawaran, “udah jahitin bareng Ibu sekalian ke kantor”. “Iya Buk”, dalam batin sebenarnya tidak Ikhlas yang keinginanku sendiri sebetulnya ingin dirumah mengerjakan tugas. Rencana yang tadinya ingin jahitin pakaian sebenarnya dengan sepenuh hati ingin aku cancel saja.
            Akhirnya aku mengantar Ibu tapi dibonceng sering sekali waktu siang bila membawa motor yang laju pelan membikin ngantuk yang menjamur dimata. Ke penjahit dulu, ternyata tutup, lanjut dah ke kantor Ibu. Selesai dengan urusan Ibu dikantor, aku bertanya, “Habis ini langsung pulang kan?”. Ibu sambil menghidupkan motor bilang, “Iya mau kemana lagi”. 100% aku percaya plus senang bisa mengerjakan tugas. Ternyata rasa kecewa, marah yang tiada tara membakar hati, Ibu membelokkan motor ke Toko Swalayan. Rasa percaya hilang, hanya benci yang menyala terus-menerus. Pulang ditoko sampai rumah karena marah aku tidur, sambil tidur yang tidak nyenyak ini aku harus melakukan hal yang merugikan biar keluargaku tahu, aku tak suka dibohongin, aku membuka mata dengan hati ikhlas Ibu membuatkan minuman rasa buah yang segar dimeja kamarku untuk segera aku minum. Perasaan masih marah tertidur sebentar, aku harus melakukan zina hanya sendirian melihat video porno dan onani. Sempat terpikir tidak melakukan, langsung bangun dari tidur terus minum air minuman buatan Ibu. Sholat Ashar aku jalani, berdzikir, dan berdoa telah aku lakukan. Pikiran tak tentu, membuka internet ponakan pada masuk kamar, terpikir harus melakukan zina sendirian, ponakan masih senang-senangnya dikamarku. Beberapa saat mereka mandi aku sakit perut dengan membawa handphone dengan niat ingin melakukan zina sekaligus buang air besar di WC. Buang air besar terus melihat video porno yang baru saja di download, puas melihat video, onani dengan penuh hawa nafsu aku lakukan berulang-ulang. Hingga saat hari menjelang malam, rasa putus asa yang mengguncang raga datang, dan sangat sakit.

            Ibadah Sholat Magrib aku laksanakan, hanya selang beberapa menit Aku melaksanakan Ibadah Sholat Isya’ kemudian dilanjutkan Sholat Taubah aku lakukan dengan penyesalan yang tiada gunanya. Selesai Sholat merenung sebentar keluargaku tidak ada yang tahu aku habis melakukan zina, tetapi aku tahu bahwa diriku telah berdosa besar, dan mimpiku semakin meninggalkanku. Rasa bersalah yang disebabkan marah dan menuntut sesuatu yang berawal dari hawa nafsu menjerumuskanku ke lubang, pikiran berputar bingung yang tiada jalan. Habis Sholat aku membaca Al-Qur’an.                    

Comments

Popular posts from this blog

Tepung Terigu dan Standar Nasional Tepung Terigu

PT. So Good Food Jl. Raya Solo - Boyolali

Tepung Tapioka kegunaannya dan Standar Nasional