Cerpen : Jiwa tak pernah berhenti

Jiwa tak pernah berhenti

Raga selalu berbuat tapi jiwa selalu tahu petunjuk dimana kita harus berbuat apa. Aktivitas yang dijalani dalam sehari ada 24 jam. Sebaik-baiknya diri kita harus berbuat segala dan hindari diam walau satu detik. Tugas kita emban memang banyak, tinggal bagaimana cara kita untuk mengaturnya. Saat semua yang dilihat terkadang harus diperbaiki. Satu tanggung jawab belum selesai, sering berpikir muluk-muluk. Hidup didunia ini banyak ilmuwan apa yang tidak mungkin. Berputarnya jarum pada jam bertambahnya penemuan baru. Kemudahan kehidupan manusia bertambah mudah, apabila dimanfaatkan dengan ilmu. Kemajuan zaman juga diiringi dengan kehancuran dunia. Tidak semua orang mempunyai pikiran yang sama. Perbedaan itulah yang menjadi langkah awal saat kita mengawali perubahan.
Banyak negara yang berawal dari kesatuan bukan Republik, negara-negara tersebut dibangun dari sebuah Pemerintahan Kerajaan dengan pergantian kekuasaan. Banyak masyarakat yang memilih untuk negara dibangun atas pemerintahan Republik, karena keinginan sama rata tidak ada perbedaan golongan. Perlunya perubahan yang harus dibayar dengan sebuah pengorbanan yang terpenting didunia, yaitu sebuah nyawa atau kehilangan hal yang tersayang. Satu langkah besar yang dapat mengubah perjalanan orang-orang banyak. Hal terkecil sering kita lihat tapi hanya terlewati, terpikir, dan terasa beban. Akhirnya ditinggal, hati tak pernah sesekali untuk beristirahat, "biarkanlah semua yang sudah terjadi toh akan teratasi dengan sendirinya". Andai aku punya akan kubantu, entah sejak kapan aku mempunyai rezeki, langsung aku lupa.
Kenginanku hanya sesaat, upayaku berupa harapan. Penyakit yang aku derita adalah virus yang menjadi cita-citaku berupa lupa. Penyakit yang telah aku jadikan alasan sebagai kunci palsu dalam kehidupan mencapai kebagiaan. Kesenangan yang aku rasakan hanya semu, aku masih remaja, hidup itu panjang. Iya, bila yang mau menjawab tidak bagiku. Enggak kataku masih banyak hutangku, aku tidak mau miskin karena caraku menunda-nunda waktu.

Pengalaman yang telah aku tempuh bergerak mundur, begitu banyak hal yang menjadi penghambat untuk mengubah yang lalu menjadi pengalaman maju. Semua tidak boleh disesali sebagai penghambat langkah ke depan. Masih banyak yang perlu diperbaiki yang utama adalah diri sendiri. Masa depanku masih suci, aku harus terus melangkah demi menjaga kesucian mimpiku. Memikirkan diri sendiri memang sulit tapi kalau kita menganggap itu sebuah kesulitan itu akan menjadi beban atau penghambat bagi kita. Hidup itu bukan khayalan yang hanya dibayangkan saja akan timbul dengan sendirinya. Tanpa cita-cita hidup akan terombang-ambing mengikuti arus yang tidak tepat. Belajar dari orang lain yang pernah melakukan segala usaha kerasi. Oke teman saatnya memulai dari yang terkecil.

Comments

Popular posts from this blog

Tepung Terigu dan Standar Nasional Tepung Terigu

PT. So Good Food Jl. Raya Solo - Boyolali

Tepung Tapioka kegunaannya dan Standar Nasional