Cerpen : Hanya Bisa Dilihat, Tidak Dimiliki

Hanya Bisa Dilihat, Tidak Dimiliki

“Masya Allah indahnya dirimu, sungguh cantik”, terucap seketika saat melihat diri seorang wanita lewat. Cantik wajahmu membekas dipupil mataku. Aku seperti bertemu apa yang Aku tunggu tapi belum tepat waktunya. Wajah yang bersinar saat memandang, dimana saja kamu yang cantik itu. Sebenarnya Aku sudah mengetahui beberapa bulan yang lalu tetapi tak ingin diriku menggubris kecantikanmu. Iman yang melindungiku biar tidak melampaui batas kemaksiatan. Sesaat menyadari dalam tugasmu yang menjagakelas kuliahku pada waktu ujian, manisnya dirimu dipandang. Hati dengan kecepatan kilat membentang untuk mengucap, “Istigfar”. Waktuku hilang hanya ada Aku dank mu saat itu. Kekuatan Imanku yang terus menjagaku, agar tidak terjerumus dalam terowongan gelap yang berakibat pada kelupaan akan rencana masa depan sering dikatakan cita-cita. Teringat dirimu dengan kata pelan, “maukah kau menerima cintaku untukmu”. Pikiran di otakku berharap kau mendengarkan ini, walau hanya dalam getaran hati saat entah berdetak pelan atau kencang.
Aku memang tidak setara denganmu status yang kau sandang bukan mahasiswa biasa tetapi Asisten Dosen yang selalu diimpikan mahasiswa lainnya. Kau tahu apa statusku cantik atau siapa yang baca hanya mahasiswa biasa. Anak remaja yang akan masuk diposisi Dewasa, yaitu diriku yang dimiliki sebuah harapan dan cita-cita muluk. Itu yang membuat diri ini percaya menghadapi setiap rintangan hidup.
Sehabis praktikum kau terlewat sungguh indah Ciptaan-Mu Ya Allah. Subhanallah, Engkau memperlihatkanku salah satu Umat-Mu yang cantik luar biasa ini didepan mataku terlewat. Bebanku masih kukatakan sangat berat untuk diemban sebagai makhluk kecil diriku. Melirik ke kiri saat ujian praktikum di laboratorium dirimu melihatku dengan segera mata yang kau miliki dialihkan ke atas. Perasaanku mengatakan kau sudah tahu keberadaanku dari tadi. Dilihat dan terus diingat, tidak diperbolehkan memiliki.
Semua ada alasan terpenting aku masih membangun pondasi masa depanku. Aku tidak mau menyesal di usia bugarku ini yang masih terdapat harapan mengubah dunia ini. Bekerja demi lingkungan sekitar yang telah susah payah memberiku ilmu untuk perkembangan dewasaku. Fokus itu perlu tapi harus tepat, kalau tidak sekarang kapan lagi, mungkin besuk sudah bukan jawaban lagi. Bermalas-malasan dengan menunda waktu saat semua sudah menjadi parah dan berdarah membuat hati yang aku miliki dalam tubuh ini terasa membekas teriris begitu saja. Sasaran pertamaku bukan kamu cantik, lebih ke sesame untuk berbagi amal atau kontribusiku bila tak ada harta. Maaf Aku telah mengganggumu dengan pandangan, rasa kangenku, dan senyumku.

Sudah saatnya pelan-pelan tapi melangkah melupakan kecantikkan, kelucuan, dan kemanisanmu. Untuk masa depanku Aku masih menunggu selama 19 tahun demi melihat puncak Mimpi-mimpiku terwujud. Tundukkan pandangan saat bertemu wanita lain yang bukan muhrimnya. Iman yang Aku jaga ini takkan pernah sia-sia terguyur ombak kemaksiatan dunia yang tak tentu. Disamping kelupaanku terhadap Iman, ternyata telah Aku sadari Imanku bolong karena kemalasanku beribadah dan sibuk mengkhayal masa depan yang Aku gambar sebagai Arsitek amatir dengan tidak mau menanggung resiko akhirnya. Pelajaran yang Aku alami ini sangat berharga, saat usia masih mengalami puber, kebijaksanaan harus diguyur semangat, biar tumbuh Iman kepada-Mu. Kembali dan hanya berdua-duaan kepada Sang Ilahi.                  

Comments

Popular posts from this blog

Tepung Terigu dan Standar Nasional Tepung Terigu

PT. So Good Food Jl. Raya Solo - Boyolali

Tepung Tapioka kegunaannya dan Standar Nasional