Pembuatan Mie Basah
ACARA IV
PEMBUATAN MIE BASAH
A. TUJUAN
Tujuan praktikum acara IV, “Pembuatan Mie
Basah” adalah :
1.
Mengetahui fungsi bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan mie basah
2.
Mengetahui proses pembuatan mie basah
3.
Melakukan pembuatan mie basah
B. TINJAUAN PUSTAKA
Mie basah merupakan jenis mie yang mengalami
proses perebusan setelah tahap pemotongan dan sebelum dipasarkan. Biasanya mie
basah dipasarkan dalam keadaan segar. Mie basah di Indonesia dikenal sebagai
mie kuning atau mie bakso. Mie basah memiliki cita rasa yang khas dan
penyajiannya dapat dicampurkan dengan makanan lain sehingga mie basah banyak
disukai orang. komposisi gizi mie basah per 100 gram bahan yaitu energi 86 kal,
air 80 g, karbohidrat 14 g, lemak 3,3 g dan protein 0,6 g. Selain kelebihan
yang ada pada mie basah, juga terdapat kekurangan yakni daya simpannya relatif
singkat yaitu 40 jam pada suhu kamar karena kadar air mie basah dapat mencapai
52%. Penyimpanan mie basah pada suhu kamar selama 40 jam menyebabkan tumbuhnya
kapang dan bakteri (Setyajaya dan Nawansih, 2008).
Mie basah memiliki prospek yang baik untuk
dikembangkan sebagai suatu usaha, baik dalam skala kecil maupun dalam skala
besar. Hal ini karena mie basah merupakan makanan yang sudah dikenal oleh
masyarakat dan dapat dibuat menjadi bermacam jenis olahan makanan. Bahan baku
utama dalam pembuatan mie adalah tepung terigu yang diformulasikan dengan bahan
lain. Formulasi utama adalah tepung terigu, air dan garam. Ketiga komponen
utama tersebut akan menentukan warna, penampakan dan mouth feel (cita
rasa dimulut). Tepung yang digunakan harus bisa menghasilkan mie yang warnanya
bersih dan terang, terasa lunak dan elastis di mulut (Saragih dkk, 2007).
Berbagai jenis tepung dapat digunakan dalam
pembuatan mie basah. Jenis tepung yang baik adalah tepung terigu dan tepung
beras sedangkan tepung tapioka menghasilkan tekstur mie basah yang tidak baik. Tepung
tapioka tidak baik digunakan untuk pengolahan mie dikarenakan setelah perebusan
mie basah menjadi menyatu dan lengket. Pada saat perebusan mie basah
menggunakan tepung terigu tidak meninggalkan residu di dalam air rebusan,
sedangkan jika menggunakan tepung beras meninggalkan residu di dalam air
rebusan. Sehingga cooking loss mie
basah dari tepung beras lebih besar dari pada mie basah dari tepung terigu. Hal
ini disebabkan karena kandungan amilosa pada tepung beras lebih tinggi daripada
tepung terigu, sedangkan pada tepung terigu kandungan amilopektinnya yang lebih
tinggi. Amilosa merupakan fraksi yang terlarut dalam air panas, sedangkan
amilopektin merupakan fraksi yang tidak larut dalam air panas (Lubis dkk,
2013).
Singkong merupakan salah satu komoditas asli
Indonesia dan mengandung baiknutrisi dan memiliki produktivitas yang tinggi dan
harga yang relatif rendah. Tepung singkong memilikipotensi tinggi sebagai
pengganti tepung terigu impor yang banyak digunakan dalamproduksi mie. Ada tiga
perbedaan mendasar antara tepung singkong dan tepung terigu.pertama semua,
tepung singkong tidak mengandung gluten apapun. Gluten merupakan senyawa
protein dalam tepung terigu yang memberikan elastisitas dan diperpanjang di
mie.
Kedua, Dziedzic dan Kearsley telah menemukan
bahwa, dibandingkan dengan pati lainnya, pati singkong berisi lebih amilopektin
(87%) dibandingkan amilase. Amilopektin memiliki tinggi viskositas dari
amilase, sehingga lengket dan viskositas yang lebih tinggi dalam singkong pati.
Tetapi tidak sedikitnya singkong juga mengandung senyawa sianogen, yang harus
dihapus sebelum singkong yang digunakan sebagai bahan makanan. Selain tepung,
beberapa bahan dasar mie yang disebutkan oleh Sutomo, adalah: air, telur,
garam, dan alkali. Tepung adalah sumber karbohidrat. Adonan terdiri dari
matriks yang terbentuk dari tepung dan air. Garam ditambahkan untuk membumbui
mie, tetapi juga dapat memperkuat struktur, meningkatkan elastisitas dan
fleksibilitas, selain ikatan dengan air (Akhmad et al., 2013).
Mie adalah salah satu makanan yang paling
penting dalam masakan Asia. Sekitar 40% dari total tepung terigu yang
dikonsumsi adalah dalam bentuk mie di Asia. Selain tepung terigu, mie yang
terbuat dari bahan sederhana seperti air dan garam dan mengandung karbohidrat,
protein dan sejumlah kecil lemak asam. Klasifikasi mie didasarkan pada bahan
dan metode pengolahan. Bersifat alkali mie atau mie kuning adalah makanan populer
di Asia Tenggara, China Southern, dan Jepang (Ross et al., 1997). Saat ini, mie komersial kaya karbohidrat, tetapi
mereka kekurangan penting beberapa komponen nutrisi, seperti protein, serat dan
vitamin (Chin et al., 2012).
Terigu dibuat
dari biji gandum yang telah mengalami perlakuan dikupas dan digiling. Terigu yang beredar dipasaran dikenal bermacam-macam didasarkan dari
kandungan proteinnya. Hard flour merupakan tepung terigu dengan kandungan
protein tertinggi (sekitar 14%). Bila kena bahan
cair maka glutennya akan mengembang dan saling mengikat dengan kuat membentuk
adonan yang sifatnya liat. Medium hard
flour memiliki kadar protein berkisar antara 8%-10%, digunakan pada adonan
yang memerlukan kerangka lembut namun masih bisa mengembang seperti cake.
Karena fleksibelnya sehingga sering juga disebut dengan All Purpose Flour atau Tepung Terigu Serbaguna. Soft flour kadar protein sekitar 6%-8%, diperlukan untuk membuat adonan yang
bersifat renyah dan crumbly (Murdiati
dan Amaliah, 2013).
Telur memiliki
fungsi sebagai bahan pengikat, bahan pengental, bahan pelindung, bahan
pengembang, bahan penyedap, bahan pengemulsi, dan abahan pengilat (glazing). Jika ditambahkan bahan kering
seperti tepung maka telur akan mengikatnya menjadi satu adonan. Saat adonan
dimasak maka telur akan membeku dan daya ikatnya semakin permanen. Apabila
bahan pangan dicelupkan terlebih dahulu dalam putih telur. Putih telur akan
menghasilkan suatu lapisan yang tipis dan kuat pada permukaan mie. Lapisan
tersebut cukup efektif untuk mencegah penyerapan minyak sewaktu digoeng dan
kekeruhan saus mie sewaktu pemasakan. Lesitin pada kuning telur merupakan
pengemulsi yang baik, dapat mempercepat hidrasi air pada terigu, dan bersifat
mengembangkan adonan (Wirakusumah, 2005).
Beberapa bahan yang harus
diperhatikan dalam pembuatan mie basah, sebagai berikut : Pemilihan macam tepung terigu yang cocok
untuk pembuatan mie basah, adalah merek cakra kembar atau kereta kencana. Air yang digunakan bisa dari berbagai sumber,
tapi dengan syarat berikut: Air sumur, Air tanah, dan Air PDAM. Sebaiknya air diendapkan pada tempat yang
bersih dan tertutup 24 jam sebelum digunakan, atau airnya dimasak terlebih
dahulu dan didinginkan (air yang melalui proses sterilisasi). Hal ini akan membantu
mie akan lebih tahan lama. Garam alkali. Pemakain garam alkali pada
pembutan mie berguna untuk kekenyalan serta elastisitas pada mie yang
dihasilkan. Garam alkali yang biasa digunakan adalah Na2CO3
(sodium carbonat) dan K2CO3
(potassium carbonat). Garam. Fungsi garam di sini adalah memberikan
rasa dan kekuatan gluten pada mie. Pemakaiannya 0,2% sampai 3% dari berat
tepung. Contoh : 0,2% dari 25 Kg = 500 gram. Telur ayam berfungsi sebagai penambah rasa
dan nutrisi, serta menambah kualitas gluten pada adonan mie. Mie yang
menggunakan telur rasanya lebih gurih yang terkandung pada mie dan lebih elastik dan kenyal. Pemakaian minimal telur adalah 3
% sampai 10% dari berat tepung. Contoh : 5% dari 25 kg tepung = 12,5 kg (Rasyad
dkk, 2003).
Mie basah sering disebut dengan nama mi
hongkong. Bentuknya menyerupai mi telur bulat dan halus. Biasanya mi ini dijual
dalam kondisi basah dan dikemas dalam kemasan kedap udara. Mie jenis ini dapat
diolah menjadi mi goring atau mi rebus. Mie basah sudah mengalami perebusan
setelah tahapan pemotongan. Kadar air mi dapat mencapai 52% sehingga daya
simpanny singkat (40 jam pada suhu 28-300C). Jenis mi ini biasa
digunakan untuk mi bakso yang warnanya kuning (Suyanti, 2008).
Penggunaan panas tidak hanya ditujukan untuk
membunuh semua mikroba dan menghasilkan bahan yang steril, tetapi panas juga
sering digunakan untuk membunuh mikroba yang dapat menyebabkan penyakit
(patogenik). Agar potongan tidak lengket satu dengan yang lainnya, air panas
perebus ditambhakan minyak goreng. Mie dimasukkan ke dalam air yang mendidih
dengan api besar. Perebusan dilakukan selama 2 menit sambil diaduk. Pemasakan
yang terlalu lama (lebih dari 2 menit) akan menghilangkan nutrisinya dan
menjadikan mi sangat lunak serta patah-patah (Martini, 2011).
C. METODOLOGI
1.
Alat
1)
Kompor
2)
Baskom
3)
Pengaduk spatula
4)
Mangkok
5)
Wajan
6)
Sendok
7)
Garpu
8)
Saringanplastik mie
9)
Mesin pencetak mie
2.
Bahan
1)
Tepung terigu
2)
Garam halus
3)
Air
4)
Pewarna makanan
5)
Soda abu
6)
Minyak goreng
7)
Tepung tapioka
3.
250
tepung terigu, 1,1 gr garam halus, 102 ml air, 0,85 gr soda abu, 2-3 tetes
pewarna
|
Pencampuran
bahan-bahan
|
Pengulenan
adonan
|
Pembentukan
lembaran
|
Pembentukan
mie
|
Perebusan
|
Penirisan
|
Tepung
tapioka
|
Minyak
goreng
|
Uji
Organoleptik dan keelastisan mie
|
Akhmad,
Z, Abidin, Cinantya Devi & Adeline. 2013. Development of Wet Noodles Based on Cassava Flour. Journal English
Technol. Scl., Vol. 45, No. 1, 2013, 97-111. Departement of Chemical
Engineering, Faculty of Industrial Technology. Institut Teknologi Bandung.
Bandung.
Chin,
C.K et al. 2012. Incorporation of Surimi Powder in Wet Yellow Noodles and its Effects on
the Physicochemical and Sensory Properties. International Food Research
Journal 19(2): 701-707. Malaysia.
Lubis dkk, 2013.Pengaruh
Konsentrasi Rumput Laut (Eucheuma
Cottonii) dan Jenis Tepung pada Pembuatan Mie Basah. Jurnal Rona
Teknik Pertanian Vol 6 No 1.
Martini, Kus Sri. 2011. Kimia Bahan Makan. UNS-Press.
Surakarta.
Murdiati, Agnes dan Amaliah.2013. Panduan
Penyiapan Pangan Sehat untuk Semua Edisi Kedua. Kencana Prenadamedia.
Jakarta.
Oktiarni, Dewi dkk. 2013. Ekstrak
Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa sinensis Linn.) sebagai Pewarna Alami dan Pengawet
Alami pada Mie Basah. Jurnal Kimia No. 1 Hal. 1-8. Universitas Lampung.
Lampung.
Rasyad, Husni dkk. 2003. Peluang
Bisnis Makanan Berbasis Tepung. 2003. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Saragih,
Bernatal dkk, 2007.Kajian Pemanfaatan Tepung Bonggol Pisang (Musa paradisiaca Linn.) Sebagai
Substitusi Tepung Terigu Dalam Pembuatan Mie Basah. Jurnal Teknologi Pertanian Vol 3 No. 2.
Setyajaya,
Wisnu dan Otik Nawansih.2008. Pengaruh
Konsentrasi Chitosan sebagai Bahan Pengawat Terhadap Umur Simpan Mie Basah. Jurnal
Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Vol 13 No. 01.
Suyanti. 2008. Membuat Mi Sehat. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Wirakusumah, Emma S. 2005. Menikmati Telur.
Gramedia. Jakarta.
Comments
Post a Comment