Mimpi Pudar


Mimpi Pudar

            Tak kusangka sudah hari hingga tahun telah Aku lewati sudah jauh ini kaki ini melangkah dengan segala kekuatan Aku kerahkan untuk mencapai titik terjauh ini. Tetapi banyak kesalahan menjadi sumber kegembiraanku. Sesulit inikah untuk kembali dan merecall semua kegiatan dalam kehidupan yang telah terjadi dengan kusenggaja sendiri. Ini semua bagaikan beban berat yang menempel nyaman serta sangat sempit ruang yang diberikan dihatiku rasa tang terasa sesak. Dalam tulisan ini banyak kata peribahasa yang sebenarnya menjadi ganjalan hati, tertancap dalam selipan hati mengganjal sulit keluar. Okey disini akan kujelaskan sebenarnya, namaku Wibowo seorang Mahasiswa. Wow, seorang tingkatan siswa yang terhormat dan tertinggi dalam sejarah pendidikan. Bagiku hanya nama kalau orang tahu, itu bukan urusanku tak ingin rasa menanggapi. Keinginanku hanya satu dalam hidup sempurna ini. Aku ingin mewujudkan mimpi dengan segala cara yang benar dan terus berjalan tanpa mau berhenti walau sakit menghalangiku dengan cara merenggek memohon untuk Aku beristirahat yang berarti Aku harus berhenti berjalan menuju tempat singgahan yaitu jalan mimpiku nomor satu gang terbuka kota tidak ada sampah. Disitu semua khayalan akan Aku tembus untuk meraih kesuksesanku. Kesalahan berupa umurku yang telah berlari jauh selama 18 tahun dengan status orang gagal bukan Mahasiswa. Harapanku seketika sirna begitu gelapnya mata hatiku. Aku butuh dorongan, siapa yang kenal Aku, dimana motivasi kalian untuk diriku. Apakah tak ada yang dengar teriakan hatiku. Bodoh…bodoh… itu bayanganku terhadap kata orang lain yang akan menemuiku. Tangis, sesal yang tiada tara pada mimpi tercetak jelas dihati pudar seketika. Sebab langkah kaki yang salah telah Aku salami ternyata memang benar Aku salah.
            Waktu terlahir mengenal, hai dunia, perjalanan studiku sangatlah buruk Aku mengisi buku dongeng Sekolah Dasar tanpa coretan prestasi hanya debu dan rayap memakan buku itu, karena Aku pun tidak pernah membukanya sama sekali. Aku takut hanya berlari untuk menghindar dari bukuku. Langkahku tak berhenti disitu suatu harapan kembali tumbuh mekar ketikan menginjak Sekolah Menengah Pertama. Waktu berbicara tiga tahun sudah Aku menyia-nyiakan masa Sekolahku dengan omong kosong. Lembaran baru tanpa ada coretan hanya kosong. Harapan kembali saat diterima sebagai siswa Sekolah Menengah Atas. Berjalan seperti biasa hingga berlari, jauh tempat yang kutempuh sampai di Perguruan Tinggi Negeri. Betapa tidak bergunanya diriku prestasi tak kudapat menyesal akhirnya kuterima begitu saja. Salahku banyak kebahagiaan yang Aku cari sampai lupa apa yang namanya bekerja keras dengan mandi keringat. Tak Aku ketahui bagaimana cara untuk bekerja keras yang sebenarnya. Satu cara harus bangkit dengan rasa sakit malu bukan berarti memalukan, saatnya menunjukkan luka dalam bukan kebahagiaan palsu. Ini Aku bukan orang lain, tak pernah ingin jadi yang kedua hanya satu Aku selamanya bermimpi untuk terwujud.                          

Comments

Popular posts from this blog

PT. So Good Food Jl. Raya Solo - Boyolali

Tepung Terigu dan Standar Nasional Tepung Terigu

Tepung Tapioka kegunaannya dan Standar Nasional