Hati mengatakan Cinta
Hati mengatakan Cinta
Hari
mulainya tahun ajaran baru tiap-tiap Sekolah. Pertama kali para siswa maupun
mahasiswa kembali ke tempat, dimana mereka menimba ilmu. Baru pertama kali ini
Aku bersekolah dengan memakai pakaian bebas. Namaku Dimas yaitu Mahasiswa baru
jurusan Pertanian. Masuk Universitas Negeri yang termasuk Universitas terbaik
dikotaku dan diterima menjadi Mahasiswa dengan system ujian seleksi masuk. Ini
kurasa hal yang luar biasa, Aku dapat menjadi Mahasiswa dari Universitas
ternama. Senang hati ini, rasa syukur yang terus terucap dihati, merasakan
kehidupan ini penuh kenikmatan, apabila dijalani dengan pilihan terbaik. Selama
bertahun-tahun Aku menjalani dimana harus memilih antara cita-cita sebenarnya
dan bukan tujuan dari pilihanku atau dapat disebut rencana yang tidak
diinginkan. Dulu sejak Aku duduk dibangku Sekolah dasar, belajar bagiku tidak
penting. Aku sangat suka menonton televisi banyak tokoh yang disebut Pahlawan
karena perbuatannya, bukan hanya diem, duduk terus mendengarkan. Kapan akan
jadi orang berguna kalau begitu?
Kemudian harus
terlindungi barisan batu bata dan semen gitu. Aku nggak harus diaksih ruang
kecil seperti ini atau biasanya dikatakan kelas. Diriku tidak butuh batas ruang
ini, bahwa kehidupanku diluar. Dunia yang terus terbentang dengan berbagai
kehidupan yang dapat memutar jalannya skenario dalam sebuah cerita kenyataan.
Itu pikiranku yang masih kecil saat masuk Sekolah Dasar. Dari cara pemikiran
yang salah itulah Aku, memulai awal kehidupanku masuk Sekolah dengan hasil
dapat dibilang tidak dapat dibilang sama sekali memuaskan alias buruk. Di
lingkungan Sekolah Pertama yang baru Aku temui, merasa bahwa Aku tidak niat.
Pemilihan cara berpikir tidak tepat itu, menyesatkanku dalam dunia kebodohan
yang harus mengorbankan segala kehidupan yang Aku miliki di Jiwa dan Raga untuk
dapat keluar dari dalam dunia buruk ini. Aku terjebak didunia kebodohan ini
sampai Aku duduk di Sekolah Menengah Atas. Hasil setiap ujian di Sekolah banyak
yang buruk. Kehidupan yang telah Aku alami yang lama ini membuatku terus
mengatakan “bahwa Aku tidak akan menyerah”. Semua yang kujalani ini membuat
diriku untuk menjadi kuat dan menetapkan hatiku harus mempunyai cita-cita. Masa
yang telah terjadi adalah saat Aku terjatuh dalam kesesatan pikiranku sendiri
yang tak kunjung menemukan cahaya keluar. Bagiku yang sudah terjadi biarlah
terjadi, karena kehidupan ini harus berputar maju untuk mengubah hal buruk
menjadi lebih baik dan untuk mencapai tujuan yang sebenarnya. Dapat diumpakan
seperti roda kendaraan yang harus terus maju agar dapat mengantarkan sampai ke
tujuan dari orang yang mengendarai kendaraan itu sendiri.
Saatnya memulai
coretan dalam kertas baru yaitu kehidupanku yang sudah menjadi Mahasiswa ini.
Hari memulai kuliah telah dimulai, setiap Mahasiswa baru menggharapkan hari ini
adalah hari yang sungguh indah untuk memulai pencapaian prestasi. Aku berharap
hari pertama masuk kuliah nanti agar Aku dapat teman yang baik juga
menginspirasiku untuk berkarya, berprestasi, dan juga Aku berharap agar
bersungguh-sungguh saat menerima mata kuliah. Kuliah terus berlanjut hari ke
hari berlalu dengan cepat. Mata kuliah dan praktikum yang kami jalankan telah
banyak kami lalui. Walau terasa cepat tetapi bagiku menyenangkan, Aku telah
mmenemukan teman-teman terbaik yang dapat menginspirasiku dan mendukungku untuk
meraih cita-citaku.
Hal yang terindah Aku
alami saat kuliah, yaitu waktu selesai praktikum dilaboratorium setelah itu Aku
berkenalan dengan cewek cantik yang bernama Nimas. Berkenalan dengan Nimas
masa-masa yang kangenin. Nimas sangat suka bercanda, tetapi kalau melihatku
yang saat bercanda, Dia tertawanya lama. Kalau menurut dia suka sama Aku, itu
hanya harapan. Saat Aku mengingat Nimas, hatiku merasa berbunga-bunga dan
kehidupanku terasa berarti. Aku ingin sekali mengatakan, “Aku mencintaimu
Nimas”. Dalam hatiku masih ragu, Aku takut ditolak. Sudah cinta berat, eh
ternyata ditolak. Hatiku belum bias menerima penyesalan ini, bila teringat
ditolak rasanya roda kehidupanku berhenti. Ingin terus berusaha untuk
mendapatkan Nimas, biar jatuh hati padaku. Sejak Aku menyukai Nimas hari-hariku
jadi memikirkan Nimas terus, memang ini menjadi obor dalam hatiku untuk
menjalani kuliah ini dengan tujuan Nimas memujiku, biar tertarik padaku, dan
suatu saat Aku menyatakan cinta, Nimas menerimaku. Setiap Aku masuk kuliah, Aku
berharap untuk melihat Nimas yang pertama kulihat. Saat kuliah Aku selalu
bersama dengan teman-teman terbaikku jadi kita terus saling membantu, tetapi
perasaan ini rasanya ingin dekat Nimas. Tingkahku sejak menyukai Nimas bagi
teman-teman terbaikku terasa aneh, mereka bertanya padaku, “Apa yang terjadi
padamu Dimas?”. Aku menjawab, “ Jangan bilang sama siapa-siapa, Aku jatuh cinta
sama Nimas, makanya tingkahku agak beda”. Teman-temanku hanya tersenyum dengan
melihatku. Setiap Aku bersama teman-teman terbaikku, mereka selalu focus dengan
kuliah tidak ada yang lain. Bahkan salah satu teman-teman terbaikku belum
pernah cerita, bahwa mereka mempunyai pujaan hati. Mereka hanya mau diajak
cerita soal cita-cita yang akan mereka raih dan yang akan Aku raih. Kurasa
kumpulan teman-teman terbaikku dan Aku, yang sedang merasakan jatuh cinta cuma
Aku. Bagiku Aku yang paling tidak sungguh-sungguh dalam perjalanan menggapai
cita-cita. Pulang dari Kuliah, sampai rumah Aku merenungkan tujuan kuliahku
sebenarnya apa? Semalaman sudah memikirkan itu, keesokan hari terjawab.
Kuliahku jadi lebih fokus berkat teman-teman terbaikku yang memotivasiku lewat
cara mereka kuliah dengan sungguh-sungguh. Hati ini memang terkadang masih
teringat Nimas, bagiku ini adalah proses yang harus terus berjalan. Usaha-usaha
Aku lakukan dengan mengorbankan waktu yang telah berlalu. Di pagi hari Aku
berangkat kuliah, sampai ke kampus Aku bertemu Nimas, dan Nimas mengajak
bercakap-cakap mengenai materi mata kuliah. Aku menjawab materi kuliah yang
Nimas tidak ketahui dengan memandang wajah Nimas. Di hatiku berkata, “Maafkan
Aku Nimas mulutku tidak bias mengucapkan Aku cinta padamu, tapi hati ini dapat
mengatakan Aku sungguh mencintaimu Nimas”. Selesai bercakap dengan Nimas, Aku
lanjut kuliah dan berharap ke depan Aku tidak boleh santai, harus menggapai
cita-cita.
Comments
Post a Comment