PENENTUAN TIPE MATING RAGI Saccharomyces
Cerevisiae
A. PENDAHULUAN
Beberapa
kelebihan ragi diantaranya pertumbuhannya
cepat, pola pertumbuhan ’budding’ sel yang tersebar, mudah untuk
dilakukan replika
plating, dan sistem genetik ragi telah diketahui dengan
baik. Sebanyak 16 kromosom ragi S. cerevisiae
yang telah terkarakterisasi, DNA kromosom ini memiliki ukuran total 12.052 kb,
sedangkan masing-masing kromosom memiliki ukuran 200 kb hingga 2.200 kb. S. cerevisiae memiliki 6.183 open reading frame (ORF) dan
hanya 5.773 gen mengkode protein, gen-gen ini rata-rata
berukuran 1,45 kb atau 483 kodon.
Ciri
lain dari ragi S. cerevisiae adalah
mempunyai sel-sel
berbentuk haploid dan diploid yang stabil. Beberapa perbedaan antara sel-sel
haploid dan diploid dari S. cerevisiae
adalah volume sel haploid 70 μm3, sel diploid 120 μm3, sel haploid
memiliki komposisi DNA 0, 017 × 10−12g, RNA 1, 2 × 10−12g dan protein 6 ×
10−12g, sedangkan sel diploid memiliki komposisi DNA 0, 034 × 10−12g, RNA 1, 9
× 10−12g dan protein 8×10−12g. Sebenarnya ukuran sel haploid dan diploid bervariasi sesuai dengan strain dan
fase pertumbuhannya. Sel
haploid berbentuk sferoid dengan diameter
berukuran
4 μm, sedangkan sel diploid berbentuk elips
berukuran
5×6 μm. Selama fase eksponensial pertumbuhan, kultur
sel haploid cenderung untuk memiliki
jumlah
sel yang lebih banyak per cluster nya dibandingkan dengan sel diploid. Sel haploid
memiliki budding yang
muncul berbatasan sel diploid sebelumya,
sedangkan
sel diploid memiliki budding yang muncul
pada
kutub yang berlawanan.
B. METODE
PENELITIAN
1. Strain
dan kondisi kultur yang digunakan
Media agar YPAD terdiri atas yeast extract 1%, bakto pepton 2%, dextrosa
2%, bakto agar 2%, adenine 0.4 mg/ml dan air suling (Sigma- Aldrich Co). Media minimum
terdiri atas yeast nitrogen base
tanpa asam amino 0,67%, glukosa 2% dan bakto agar 2%. Jika tidak dijelaskan
lebih lanjut pertumbuhan sel dilakukan pada temperatur 30 0C.
Media SPM (sporulation
medium) merupakan media sporulasi terdiri atas kalium asetat 0,3%, rafinosa
0,02%, suplemen-suplemen adenin, arginin, histidin, isoleusin, leusin, lisin,
metionin, fenilalanin, treonin, triptopan, urasil dan valin masing-masing 10
μg/ml.
2. Pembentukan
aski diploid ragi S. cerevisiae
dengan penyilangan
Mating
dilakukan antara strain A yang memiliki tipe
MATα
disilangkan dengan strain B yang memiliki tipe MATa.
Setelah inkubasi pada 30_C selama semalam,
sel
diploid di kumpulkan dan ditransfer pada media SPM
sebagai media penginduksi sporulasi. Inkubasi selama
4 hari hingga 1 minggu sampai terbentuk
jumlah
aski yang memiliki 4 spora cukup banyak.
Pisahkan
spora aski dengan mikromanipulator menggunakan media
YPDA. Inkubasi pada 300C
selama 2-3 hari.
Kemudian koloni-koloni sel yang tumbuh dipindahkan ke media baru YPDA.
3.
Pengujian tipe mating terhadap koloni-koloni strain yang tumbuh menggunakan strain tester SH682 dan SH683
Sel-sel
yang akan diuji tipe mating-nya digoreskan
pada
media YPDA. Inkubasi semalam pada suhu
30 C. Masing-masing sel strain tester
SH682 untuk penentuan
strain MAT dan SH683 untuk penentuan strain MATa diinokulasi dengan menggunakan 5 mL media YPDA broth yang diiinkubasi
pada suhu 30 C selama semalam. Sebarkan sel-sel
tester tersebut ke dalam
media agar YPDA dan inkubasi pada 30
C
selama semalam. Dengan cara replika silangkan
sel-sel tester dan sel-sel uji ini
menggunakan media YPDA agar,
inkubasi pada 30 C
selama semalam. Replika plating
dengan media YPDA baru kemudian inkubasi
pada
30 C selama semalam. Replika dengan
menggunakan media
minimum dan inkubasi pada 30 C
selama satu hari.
C.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Diploid sel hasil
penyilangan A×B dikumpulkan dan dipindahkan ke media SPM yang miskin nutrisi
sehingga diharapkan sel akan berspora dengan baik. Dengan mikromanupulator,
kita dapat melakukan pemisahan askospora, zigot dan sel vegetatif. Didalam media
agar SPM, dapat kita temukan aski yang terdiri 4 spora, 3 spora, 2 spora,1 spora
dan juga sel vegetatif yang tidak berspora. Kami hanya mengambil sampel aski
yang mengandung 4 spora dan dilakukan pemisahan spora-sporanya menggunakan
media kaya YPDA. Aski yang memiliki 4 spora memiliki ciri berbentuk tetrahedral.
Pemisahan
spora dilakukan pada mediaYPDA sehingga memudahkan pertumbuhan sel. Untuk memudahkan pemisahan
spora-spora ini, sebelumnya menggunakan
mikromanipulator, dilakukan pengrusakan
dinding spora dengan penambahan enzim
lisozym
dan inkubasi pada suhu 300C
selama 5 menit. Spora-spora yang sudah
terpisah diinkubasi pada
300C
selama 2-3 hari. Apabila hasil pemisahan
setiap
aski menghasilkan 4 independent
koloni sel mengindikasikan
bahwa pekerjaan pemisahan spora-spora aski dilakukan dengan baik.
Strain
tester yang digunakan untuk menentukan tipe
mating
ragi S. cerevisiae adalah SH682 yaitu
strain dengan tipe MATa karena sel MATa menghasilkan polipeptida feromon faktor a yang
berinteraksi dengan reseptor
yang ada pada permukaan sel α. Begitu
juga
sebaliknya SH683 merupakan strain dengan tipe MATα
karena sel MATα menghasilkan
polipeptida pheromon
faktor α yang berinteraksi dengan reseptor yang ada pada permukaan sel a.
DAFTAR PUSTAKA
Hermansyah. 2010. Penentuan
Tipe Mating Ragi Saccharomyces Cerevisiae. Jurnal Penelitian Sains, Vol. 13. No. 1 (C)
13102. UNSRI.
Comments
Post a Comment