ACARA II
PEMBUATAN SELAI BUAH

A.  PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang
Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.) adalah sejenis tumbuhan tropis yang berkembang dan lahir pada negara-negara, seperti Brasil, Bolivia, dan Paraguay. Tumbuhan ini termasuk dalam familia nanas-nanasan (Famili Bromeliaceae). Nama 'nanas' berasal dari sebutan orang Tupi untuk buah ini: anana, yang bermakna "buah yang sangat baik". Beberapa hewan yang dapat menjadi penyerbuk, salah satunya adalah Burung penghisap madu (hummingbird), meskipun berbagai serangga juga memiliki peran yang sama.
Kebiasaan menikmati buah bagus untuk dipertahankan, sebab buah merupakan kompenen yang mampu menyehatkan tubuh. Buah nanas sebagai salah satu buah yang sangat digemari pada kalangan masyarakat luas dari dalam Negara sendiri maupun luar Negeri. Rasa yang tidak pernah terlupakan pada bagaian buah nanas, yaitu berasa manis dengan sedikit asam. Warna kuning cerah dalam isinya yang menjadi kemudahan pencarian dimanapun buah tersebut berada. Secara fisik luarnya tampak buah yang bersisik agak tajam, tetapi kenyataan isinya yang mudah dikenali, dan menjadi kegemaran tersendiri bagi penikmat.
Selai merupakan produk awetan yang dibuat dengan memasak hancuran buah yang dicampur gula dengan atau tanpa penambahan air. Selai adalah produk makanan yang kental atau setengah padat dibuat dari campuran 45 bagian berat buah (cacah buah) dan 55 bagian berat gula. Selai yang baik harus berwarna cerah, jernih, kenyal seperti agar-agar tetapi tidak terlalu keras, serta mempunyai rasa buah asli. Kriteria kematangan buah yang dapat digunakan untuk membuat selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk.

2.    TUJUAN
Tujuan praktikum acara II “Pembuatan Selai Buah”, adalah :
1.    Mengetahui proses pembuatan selai buah
2.    Mempengaruhi tingkat kematangan buah dan gula terhadap kualitas selai buah.

B.  TINJAUAN PUSTAKA
Jam adalah makanan dibuat dari buah-buahan dengan penambahan gula atau dektrosa sehingga menghasilkan makanan awet dengan kandungan total padatan terlarut minimal 65%. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan selai antara lain pengaruh panas dan konsentrasi gula pada proses pemasakan serta keseimbangan proporsi gula, pektin dan asam. Proses pembuatan selai terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan bahan, pemasakan dan pengisian serta pasteurisasi. Buah yang kurang matang akan memberikan rasa asam dan pektin yang cukup, sedangkan buah yang matang penuh memberikan flavor yang baik. Sifat daya tahan selai ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu kandungan gula yang tinggi (67-75% bahan terlarut), keasaman yang tinggi (pH sekitar 3,1 – 3,5); niai aw sekitar 0,75 – 0,83; suhu tinggi sewaktu pemasakan (1050C-1060C) dan pengisian panas ke dalam wadah yang kedap udara (Hot Filling) (Sundari, 2010). 
Selai merupakan produk awetan yang dibuat dengan memasak hancuran buah yang dicampur gula dengan atau tanpa penambahan air. Selai adalah produk makanan yang kental atau setengah padat dibuat dari campuran 45 bagian berat buah (cacah buah) dan 55 bagian berat gula. Selai yang baik harus berwarna cerah, jernih, kenyal seperti agar-agar tetapi tidak terlalu keras, serta mempunyai rasa buah asli menurut Margono (1993). Kriteria kematangan buah yang dapat digunakan untuk membuat selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang masih muda tidak dapat digunakan untuk pembuatan selai karena masih banyak mengandung pati dan kandungan pektinnya rendah. Kulit buahpun dapat digunakan untuk menghasilkan selai (Sidauruk, 2013).
Buah nanas merupakan buah klimaterik yang mengandung vitamin C dan vitamin A (retinol) masing-masing sebesar 24 miligram dan 39 miligram dalam setiap 100 gram bahan. Kedua vitamin tersebut mempunyai aktivitas sebagai antioksidan yang mampu menghentikan reaksi berantai pembentukan radikal bebas dalam tubuh manusia yang diyakini sebagai pemicu berbagai penyakit menurut Posman Sibuea (2008).  Buah nanas juga mengandung 52 kalori; 0,4 g protein; 0,2 g lemak; 13,7 g karbohidrat; 16 mg kalsium; 11 mg fosfor; 0,3 g besi; 0,008 mg Vit. B; 85,3 g air serta 53% bagian yang dapat dimakan (bdd) dalam 100 g buah nanas. Vitamin C merupakan vitamin yang paling mudah rusak, vitamin C mudah teroksidasi dan proses tersebut dipercepat oleh adanya panas, sinar, alkali, enzim, oksidator serta katalis tembaga dan besi. Penggunaan kemasan selai berupa botol kaca bening tembus cahaya diduga juga ikut mempengaruhi kestabilan vitamin C sehingga kadarnya menurun (Syahrumsyah, 2010).
Selai buah dipengaruhi oleh parameter yang berbeda seperti komposisi, faktor penting adalah jenis buah dan juga teknologi proses. Selain faktor-faktor lain seperti laju geser dan seperti yang disebutkan sebelumnya suhu. Buah dan sayuran yang baik dikonsumsi secara langsung atau setelah diolah untuk produk seperti buah menjadi mengental atau selai. Umumnya, buah dan sayuran berperilaku murni seperti cairan pseudoplastik. Kekentalan dari pembuatan selai dipengaruhi dari campuran pembuatan isi itu sendiri (Javanmard and Endah, 2010).
Jam adalah produk dibuat dengan buah utuh, dipotong-potong atau dihancurkan. Buah ini dipanaskan dengan air dan gula untuk mengaktifkan pektin dalam buah. Peraturan UNE (1974) mendefinisikan lapisan yang mengahambat sebagai produk yang diformulasikan dari kandungan buah minimal 40% (30% untuk sitrat) dan konten yang solid larut akhir 450Brix. Selain itu, beberapa aditif seperti asam sitrat atau agen pembentuk gel, pektin umumnya, dapat ditambahkan. Dalam pembuatan selai tradisional, semua bahan dicampur dalam proporsi yang memadai dan campuran terkonsentrasi dengan menerapkan perlakuan panas pada tekanan normal atau dikurangi untuk mencapai konten larut akhir yang diperlukan. Buah dengan kandungan pektin tinggi secara alami termasuk buah jeruk seperti jeruk nipis dan lemon, buah berry seperti cranberry, loganberries, redcurrants dan blackcurrant, dan buah atas pohon seperti quinces dan apel termasuk aprikot yang biasa digunakan dalam memproduksi selai (Eke-Ejiofor and Owuno, 2013).
Buah matang adalah nilai obat yang besar dan mendukung menurunkan tekanan darah, membantu infeksi perut dan diare, menyembuhkan sakit tenggorokan dan mengatur sekresi empedu berlebih. Pulp dari buah ber adalah yang paling penting dalam kaitannya dengan gizi. Pareek (1983) mencatat segar, dewasa dengan 81-97% pulp dan asam amino asparagin, asam aspartat, glisin, asam glutamat, serin dan treonin ditemukan dalam pulp tetapi tidak banyak analisis atau perbandingan telah dibuat. Lapisan menghambat yang diawetkan buah yang paling populer (atau) melestarikan adalah produk yang dibuat dari buah utuh, potongan buah, bubur buah atau pure buah dan dengan atau tanpa jus buah atau terkonsentrasi. Jus buah sebagai bahan optimal dan dicampur dengan karbohidrat pemanis, dengan (atau) tanpa air dan diproses untuk konsistensi yang cocok (Sucharitha et al, 2012).
Jam berbeda satu sama lain dalam bahan baku yang digunakan, metode pengolahan dan aditif. Secara komersial, dengan perlahan disusun dengan mengkonsentrasikan campuran menggunakan perlakuan panas pada normal atau tekanan rendah, yang menghasilkan konsistensi tebal atau gel. Ini juga menjamin kerusakan enzim buah, pektin dari buah dan konsentratnya produk ke titik di mana keasaman dan aktivitas air berkurang. Banyak penelitian telah dilakukan untuk mengurangi kerugian gizi selama pembuatan selai. Pada kerugian mineral berkurang dalam keadaan perlahan terbuat dari buah kiwi osmo-dehidrasi. Suhu rendah yang terlibat dalam proses dehidrasi osmotik sebelum formulasi jam telah dilaporkan menghasilkan produk dengan kualitas yang lebih tinggi secara keseluruhan. Dapat dinyatakan produksi produk selai diterima dari osmo-dehidrasi mete apel (Fasogbon et al, 2013).
Selai buah merupakan salah satu produk pangan semi basah yang cukup dikenal dan disukai masyarakat. Food & Drug Administration (FDA) mendefinisikan selai buah sebagai produk olahan buah-buahan, baik berupa buah segar, buah beku, buah kaleng maupun campuran ketiganya dalam proporsi tertentu terhadap gula (sukrosa) dengan atau tanpa penambahan air. Proporsinya adalah buah 45 bagian dan gula 55 bagian. Selai yang dihasilkan juga dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama (Fachruddin, 1997).
Selai merupakan produk awetan yang dibuat dengan memasak hancuran buah yang dicampur gula dengan atau tanpa penambahan air. Kupas buah nanas hingga bersih. Setelah dikupas bersih potong kecil-kecil buah nanas yang telah dikupas tersebut. Jika Anda menginginkan hasil yang lebih halus, Anda bisa memblender buah nanas yang telah dipotong tersebut. Masukkan potongan nanas ke dalam panci kemudian panaskan menggunakan api sedang. Masukkan gula pasir, kemudian aduk hingga tercampur rata. Masak selai selama kurang lebih 30 menit hingga kandungan air dalam selai berkurang. Selama proses memasak selai harus selalu diaduk agar tidak gosong pada bagian bawahnya. Setelah air cukup berkurang dan tekstur selai menyerupai pasta angkat dari pemanas kemudian dinginkan hingga seluruh uap panasnya hilang. Pengadukan yang secara berkelanjutan membuat selai memiliki tekstur yang baik. Gel yang terbentuk lembut dan mudah ditelan dari serat-serat yang halus (Khairani, 2010).
Buah nanas adalah buah yang memiliki rasa manis dengan perpaduan rasa asam yang tidak terlalu banyak ketika buah masak, buah berwarna kuning ini sering dijadikan manisan. Buah nanas memiliki kandungan karbohidrat yang digunakan sebagai penyusun rasa manis buah, diantara penyusun karbohidrat yang terdapat pada nanas untuk pembuatan produk seperti selai, yaitu pektin. Pektin adalah campuran polisakarida yang kompleks terdapat pada berbagai buah-buahan. Pentingnya senyawa ini adalah sebagai agensia pembentuk gel, khususnya pada pembuatan selai. Senyawa dari karbohidrat yang digunakan untuk penambahan pembuatan selai selain pektin, terdapat pada gula yang mampu membuat mengental dan merupakan senyawa yang memberikan awetan 21% (Gaman, 1981).
Untuk diolah menjadi jam maka sebagai bahan mentah tiak banyak berbeda dengan bahan mentah yang akan diolah menjadi sari buah. Penambahan gula pasir yang akan ditambahkan terkandung kadar pektin yang terkandung di dalam bubur buah. Bilamana kadar pektin tinggi maka banyaknya gula yang akan diberikan ialah 1 bagian bubur buah dengan 1 bagian gula. Bilamana kadar pektin rendah maka pemberian gula ialah 1 bagian bubur buah dengan ½ - 2/3 bagian gula. Banyaknya asam yang diberikan tergantung kadar asam dalam bubur buah. Bila kadar asam rendah perlu ditambahkan asam sitrat dari luar, sedangkan bila kadarnya cukup tinggi tidak perlu ditambahkan asam sitrat. Kadar gula jangan terlalu pekat sehingga menyaebabkan kristal gula, selai menjadi masir (Muljohardjo, 1984).    

C.  METODOLOGI
a.    Alat
1.    Spatula
2.    Panci atau wajan
3.    Kompor
4.    Pisau
5.    Blender
6.    Serbet
7.    Timbangan
8.    Baskom
9.    Sendok
b.    Bahan
1.    Nanas Matang
2.    Nanas Mengkal
3.    Gula Pasir




c.    Cara Kerja

D.    Hasil dan Pembahasan
Tabel 2.1 Uji Hasil Organoleptik Selai Buah Nanas
Kel.
Sampel
Parameter
Warna
Aroma
Rasa
Daya Oles
Overall
1
613
2,10b
2,65b
2,95­c
1,85a
2,60b
2
172
1,55a
1,95a
1,90a
1,40a
1,90a
3
246
4,40c
3,65c
4,25d
4,40b
4,30c
4
313
2,45b
2,80b
2,90b
1,85a
2,65b
5
514
4,15c
3,45c
3,70c
4,25b
4,00c
6
189
2,15b
2,70b
2,80b
1,85a
2,45b
Sumber : Laporan Sementara
Keterangan :
Sampel 613 = Nanas matang 100% + Gula 50%
Sampel 172 = Nanas matang 100% + Gula 100%
Sampel 246 = Nanas  matang 50% + Nanas mengkal 50% + Gula 50%
Sampel 313 = Nanas  matang 50% + Nanas mengkal 50% + Gula 100%
Sampel 514 = Nanas Mengkal 100% + Gula 50%
Sampel 189 = Nanas Mengkal 100% + Gula 100%
Selai atau jam adalah makanan dibuat dari buah-buahan dengan penambahan gula atau dektrosa sehingga menghasilkan makanan awet dengan kandungan total padatan terlarut minimal 65% (Sundar, 2010). Komponen-komponen penyusun selai buah, yaitu pektin, asam, gula, dan air. Pektin adalah golongan substansi yang terdapat dalam sari buah, yang membentuk larutan koloidal dalam air dan berasal dari perubahan propektin selama proses pemasakan buah. Dalam kondisi yang cocok, pektin dapat membentuk suatu gel (Sidauruk, 2013).
Mekanisme pembentukan gel dari pektin-gula-asam air adalah bahwa dalam satu substrat buah-buahan asam pektin, adalah koloid yang bermuatan negatif. Gula yang ditambahkan pada proses ini akan berpengaruh terhadap keseimbangan pektin – air yang ada, juga menghilangkan kemantapan pektin. Pektin akan mengalami penggumpalan dan membentuk serabut halus, struktur ini mampu menahan cairan.
Kadar pektin dalam jumlah yang banyak dapat menentukan tingkat kontinuitas dan kepadatan serabut-serabut yang terbentuk. Hidrolisis pektin akan menghasilkan asam pektat. Dalam transformasi tersebut ada beberapa hasil, antara lain asam pektinat. Unit-unit pektin dilaporkan sebagai asam pektat dengan gugus karbonil yang diesterifikasi oleh metal alkohol.  Menurut istilah umum gula adalah jenis karbohidrat yang sering digunakan sebagai pemanis. Gula terdapat dalam bentuk, yakni sukrosa, glukosa, fruktosa, dan dekstrosa. Asam yang dimiliki oleh nanas, yaitu asam sitrat untuk tingkat kemansian pada pembuatan suatu produk, seperti manisan, sari buah, selai, dan masih banyak olahan lainnya (Gaman, 1981).
 Tujuan penambahan gula dalam pembuatan selai adalah untuk memperoleh tekstur, penampakan dan flavor yang ideal. Selain itu dalam pembuatan selai, gula berperan penting sebab berkaitan dengan pembentukan gel pektin di dalamnya (Syahrumsyah, 2010). Untuk mendapatkan sumber pektin digunakan buah yang tua tapi belum masak, sedangkan untuk mendapatkan cita rasa (aroma dan rasa buah) dipakai buah yang sudah masak. Karena dikehendaki dua-duanya (pektin dan cita rasa), maka untuk membuat selai yang baik digunakan campuran buah yang sudah tua (tapi belum masak) dan buah yang sudah masak dengan perbandingan yang sama. Antara dua kombinasi yang baik pembuatan selai digunakan dua buah campuran tua belum masak dan masak (Sundari, 2010).  
Pada praktikum uji pembuatan selai buah yang terbuat dari buah nanas yang menunjukkan sesuai teori dengan kombinasi dua buah yang memiliki tingkat kemasakan berbeda juga takaran yang sesuai, terdapat pada sampel 246. Sampel yang memiliki kedekatan secara fisik hampir sama dengan sampel 246 hanya terdapat pada sampel 514 yang terdiri dari kandungan nanas mengkal dengan gula 150 gram. Sampel tersebut memiliki warna kuning kecoklatan, daya oles yang baik dari nanas mengkal dengan tambahan gula, aroma dan rasa yang lebih menarik daripada sampel 246.
 Untuk sampel 313 memiliki kombinasi nanas yang sesuai dengan teori tetapi hasil produknya tidak menunjukkan kesamaan pada teori, karena terdapat campuran gula yang terlalu banyak. Gula yang terlalu banyak daripada ukuran campuran nanas memberikan ketikseimbangan pada pektin, rasa, dan aroma yang tidak terlalu menarik. Sedangkan pada ketiga sampel 613, 173, 189 menunjukkan ketidaksesuain dengan teori. Ketiga sampel memiliki takaran yang tidak sebanding, maka dari kelima parameter organoleptik menunjukkan kurang terlalu sesuai dengan keinginan panelis.
Dari tabel 2.1 warna yang menarik terdapat pada kode sampel 246 dari campuran Nanas matng 50% dengan nanas mengkal 50% juga terdapat penambahan gula 50%. Kode sampel 246 warnanya kuning tidak terlalu kecoklatan, pada kode sampel 514 menunjukkan parameter warna 4,15 ditabel bagaian ketiga atau c ketertarikan panelis pada peringkat kedua setelah kode sampel 246. Parameter warna terendah terdapat pada sampel 172 dengan ukuran ketertarikan warna 1,55 pada table bagaian a. Kode sampel 172 menampakkan warna karamel yang berlebih dan tidak cock dengan ukuran selai nanas.
Pada parameteraroama yang menunjukkan ketertarikan araoama yang lebih dari keenam kode sampel adalah sampel 246 ukuran ketertariakan sebesar 3,65dibagian table c. Ukuran aroma terendah pada kode sampel 172 sebesar 1,95 dibagaian tabel a. Aroma sampel yang menunjukkan ketertarikan tertinggi terjadi dari pencampuran yang baik pada nanas matang yang banyak mengandung pektin dengan nanas mengkal yang menimbulkan aroma dari buah nanas yang sedap, pengaruh gula yang sesuai kadar dari pencampuran dua nanas berbeda tingkat kematangan, tidak terlalu berpengaruh menutupi aroma nanas yang lebih. Aroma kode sampel terendah terpengaruh dengan komposisi dari adonan yang kurang baik pada sampel 172 yang mengalami pencampuran nanas matang yang banyak dengan gula yang sama banyaknya yang menyebabkan pengerasan pada produk selai dan terjadi penimbunan aroma dalam produk.
Rasa menarik dari eanam sampel terjadi pada samapel 246, sampel yang memiliki ketertariakan rasa terendah masih terdapat di sampel 172. Pada tingkat Daya Oles ukuran ketertarikan masih sama. Dari semua tingkat kesukaan keenam produk yang menunjukkan parameter keseluruhan atau overall yang terbaik pada produk sampel 246 dan terendah 172. Pada produkterbaik yang telah kami uji didapatkan sampel 246, sedangkan produk terendah dari uji kesukaan untuk 20 panelis menunjukkan sampel 172.
Sampel yang baik untuk dipasarkan lebih lanjut atau dikonsumsi secara berkelanjutan terdapat pada sampel 246 disebabkan pencampuran yang sama-sama pas antara dua buah yang beda tingkat kematangan, juga dengan gula yang sama ukuran beratnya dengan buah. Sampel yang menunjukkan tingakt kesukaan dibawah kode sampel 246 adalah 514, produk ini mengalami kelemahan pada rasa, warna, dayaoles dibanding pada produk tingkat kesukaan yang tertinggi. Campuran sampel 514 terlalu berlebih untuk ukuran nanas mengkal yang kekurangan kandungan pektin yang dapat menimbulkan gel yang akan berpengaruh pada viskositas produk tersebut.     
Sendok atau Lembar Uji yang dicelupkan sendok logam dingin ke dalam campuran mendidih gel dan mengangkat sendok dari uap sehingga selai kabur samping. Ketika campuran pertama mulai mendidih, tetes akan menjadi ringan dan manis. Seperti selai terus mendidih, tetes akan menjadi lebih berat dan akan menurunkan sendok dua pada satu waktu. Ketika dua tetes membentuk bersama-sama dan "lembar" menutupi sendok, titik gel telah tercapai.
Spoon test atau yang dinamakan uji sendok sebagai pengganti pengujian pada alat refraktometer yang berfungsi sebagai pengukur kadar/konsentrasi bahan terlarut. Pada spoon test digunakan ke enceran kadar selai yang dapat terjatuh sebagai ukuran daya oles yang baik. Untuk alat refraktometer berguna mengetahui karakterisasi dengan mengukur indeks bias selai melalui penglihatan yang akan ditandai oleh derajat brix (Nur dkk, 2013).      
      
E.     Kesimpulan
Dari praktikum yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Selai atau jam adalah buah-buahan dengan penambahan gula atau dektrosa sehingga menghasilkan makanan awet dengan kandungan total padatan terlarut minimal 65%
2.      Mekanisme pembentukan gel dari pektin-gula-asam air adalah bahwa dalam satu substrat buah-buahan asam pektin, adalah koloid yang bermuatan negatif.
3.      Tujuan penambahan gula dalam pembuatan selai adalah untuk memperoleh tekstur, penampakan dan flavor yang ideal.
4.      Sumber pektin digunakan buah yang tua tapi belum masak, sedangkan untuk mendapatkan cita rasa (aroma dan rasa buah) dipakai buah yang sudah masak.
5.      Pembuatan selai nanas yang menunjukkan sesuai teori dengan kombinasi tingkat kemasakan berbeda juga takaran yang sesuai, pada sampel 246.
6.      Sampel yang memiliki kedekatan secara fisik hampir sama dengan sampel 246 hanya terdapat pada sampel 514.
7.      Untuk sampel 313 memiliki kombinasi nanas yang sesuai dengan teori tetapi hasil produknya tidak menunjukkan kesamaan pada teori, karena terdapat campuran gula yang terlalu banyak.
8.      Pada ketiga sampel 613, 173, 189 menunjukkan ketidaksesuain dengan teori, ketiga sampel memiliki takaran yang tidak sebanding.
9.      Kekentalan nanas yang sesuai karena pencampuran adonan dari tingkat kematangan buah nanas, sehingga menimbulkan pektin yang yang dapat membentuk viskositas yang baik.
10.  Sampel yang memiliki adonan tidak sesuaian dengan ukuran ketertarikan, disebabkan pencampuran gula yang berlebih dan tingkat kematangan nanas.
11.  Pada spoon test digunakan ke enceran kadar selai yang dapat terjatuh sebagai ukuran daya oles yang baik.

















DAFTAR PUSTAKA

Eke-Ejiofor, and Owuno, F. 2013. The Physio-Chemical and Sensory Properties of Jackfruit (Articarpus heterophilus) Jam. International Journal of Nutrition and Food Sciences 2013; 2(3): 149-152. Nigeria.
Fachruddin, Lisdiana. 1997. Teknologi Tepat Guna Membuat Aneka Selai. Kanisius. Yogyakarta.
Fasogbon, Beatrice M, et., al. 2013. Studies on The Chemical and Sensory Properties of Jam from Osmotically Dehydrated Pineapple Slices. British Journal of Applied Science & Technology 3(4): 1327-1335, 2013. Nigeria.
Gaman, P.M, dan Sherrington, K.B. 1981. Ilmu Pangan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Javanmard, Marjan, and Johari Endan. 2010. A Survey on Rheological Properties of Fruit Jams. International Journal of Chemical Engineering and Applications, Vol. 1, No. 1, June 2010 ISSN: 2010-0221. IACSIT.
Khairani, Caya, dan Andi Dalapati. 2010. Pengolahan Buah-buahan. BPTP. Sulawesi Tengah.
Muljohardjo, Muchi. 1984. Nanas dan Teknologi Pengolahannya. Liberty. Yogyakarta.
Nur, Ariani, dkk. 2013. Potensi 2-Feniletil Heptanoat untuk Meningkatkan Sensivitas Antibiotik INH, SM dan ETA terhadap M.tuberculosis Strain H37rv. Jurnal Kimia Hal. 1-10 No. 1 Vol. 1. UNHAS. Makassar.
Sidauruk, Mutiara Y. 2013. Studi Pembuatan Selai Campuran Dami Nangka (Artocarpus heterophyllus) dengan Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Jurnal Teknologi Pangan Hal. 1-5 No. 1 Vol. 1. Yogyakarta.
Sucharitha, K.V, et al. 2012. Development and Standardization of Ber-Pineapple Jam. International Journal of Food, Agliculture and Veterinary Sciences ISSN: 2277-209X. India.
Sundari, Dian, dan Koman. 2010. Formulasi Selai Pisang Raja Bulu dengan Tempe dan Daya Simpannya. PGM 2010, 33(1): 93-101. Puslitbang.
Syahrumsyah, Hudaida, dkk. 2010. Pengaruh Penambahan Karboksi Metil Selulosa (CMC) dan Tingkat Kematangan Buah Nanas (Ananas comosus (L) Merr.) terhadap Mutu Selai Nanas. Jurnal Teknologi Pertanian 6(1) 34-40 ISSN 1858-2419. Samarinda.


 
Lampiran :
ANOVA


Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Warna
Between Groups
139.600
5
27.920
69.800
.000
Within Groups
45.600
114
.400


Total
185.200
119



Aroma
Between Groups
37.467
5
7.493
11.482
.000
Within Groups
74.400
114
.653


Total
111.867
119



Rasa
Between Groups
65.467
5
13.093
19.718
.000
Within Groups
75.700
114
.664


Total
141.167
119



DayaOles
Between Groups
181.800
5
36.360
78.208
.000
Within Groups
53.000
114
.465


Total
234.800
119



Overall
Between Groups
89.667
5
17.933
39.090
.000
Within Groups
52.300
114
.459


Total
141.967
119



Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets

Warna
Duncan



Sampel
N
Subset for alpha = 0.05
1
2
3
172
20
1.55


613
20

2.10

189
20

2.15

313
20

2.45

514
20


4.15
246
20


4.40
Sig.

1.000
.101
.214
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.




Aroma
Duncan



Sampel
N
Subset for alpha = 0.05
1
2
3
172
20
1.95


613
20

2.65

189
20

2.70

313
20

2.80

514
20


3.45
246
20


3.65
Sig.

1.000
.584
.435
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Rasa
Duncan




Sampel
N
Subset for alpha = 0.05
1
2
3
4
172
20
1.90



189
20

2.80


313
20

2.90


613
20

2.95


514
20


3.70

246
20



4.25
Sig.

1.000
.588
1.000
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.














DayaOles
Duncan


Sampel
N
Subset for alpha = 0.05
1
2
172
20
1.40

189
20
1.85

313
20
1.85

613
20
1.85

514
20

4.25
246
20

4.40
Sig.

.058
.488
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Overall
Duncan



Sampel
N
Subset for alpha = 0.05
1
2
3
172
20
1.90


189
20

2.45

613
20

2.60

313
20

2.65

514
20


4.00
246
20


4.30
Sig.

1.000
.384
.164
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.



Comments

Popular posts from this blog

PT. So Good Food Jl. Raya Solo - Boyolali

Tepung Terigu dan Standar Nasional Tepung Terigu

Tepung Tapioka kegunaannya dan Standar Nasional