PENGOLAHAN TELUR ASIN HERBAL RASA UDANG

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain daging, ikan dan susu. Umumnya telur yang dikonsumsi berasal dari jenis-jenis burung, seperti ayam, bebek, dan angsa, akan tetapi telur-telur yang lebih kecil seperti telur ikan, kadang juga digunakan sebagai campuran dalam hidangan (kaviar). Selain itu dikonsumsi pula juga telur yang berukuran besar seperti telur burung unta (Kasuari) ataupun sedang, misalnya telur penyu. Telur yang disterilkan dapat pula dipesan dan dimakan sebagaimana telur-telur yang tidak disterilkan, dengan sedikit perbedaan kandungan nutrisi. Telur yang disterilkan tidak akan mengandung embrio yang telah berkembang, sebagaimana lemari pendingin mencegah pertumbuhan sel-sel dalam telur.
Telur asin adalah istilah umum untuk masakan berbahan dasar telur yang diawetkan dengan cara diasinkan (diberikan garam berlebih untuk menonaktifkan enzim perombak). Kebanyakan telur yang diasinkan adalah telur itik, meski tidak menutup kemungkinan untuk telur-telur yang lain. Telur asin baik dikonsumsi dalam waktu satu bulan (30 hari). Di Indonesia, terutama di pulau Jawa telur asin biasanya diproduksi dash telur bebek pelari (Anas platyrhynchos domesticus) yang memiliki ciri khas cangkang telur yang berwarna hijau-kebiruan.
Di Jawa Tengah, daerah Brebes dikenal sebagai penghasil utama telur asin. Industri telur asin di Brebes cukup meluas hingga tersedia berbagai pilihan kualitas telur asin. Masing-masing produsen memiliki cap sendiri-sendiri yang biasanya dapat dilihat pada kulit telur. Walaupun selera orang berbeda-beda, telur asin yang dinilai berkualitas tinggi memiliki ciri-ciri bagian kuning telur berwarna jingga terang hingga kemerahan, "kering" (jika digigit tidak mengeluarkan cairan), tidak menimbulkan bau amis, dan rasa asin tidak menyengat.

B.  Tujuan Kegiatan
Tujuan umum dari kegiatan pembuatan telur asin ini adalah :
a.    Mengembangkan potensi pengolahan telur.
b.    Memperkenalkan inovasi-inovasi pada produk hewani berupa telur.
c.    Mengetahui perkembangan pasar yang dituju untuk modifikasi produk telur asin.

C.  Manfaat Kegiatan
Manfaat dari kegiatan pembuatan telur asin ini adalah :
1.    Memperoleh gizi yang tercukupi pada produk telur asin.
2.    Mengurangi angka kekurangan gizi atau gizi buruk pada masyarakat luas.

3.    Mendapatkan sumber referensi bagi yang melakukan penelitian secara lanjut.
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain daging, ikan dan susu. Umumnya telur yang dikonsumsi berasal dari jenis-jenis burung, seperti ayam, bebek, dan angsa, akan tetapi telur-telur yang lebih kecil seperti telur ikan, kadang juga digunakan sebagai campuran dalam hidangan (kaviar). Selain itu dikonsumsi pula juga telur yang berukuran besar seperti telur burung unta (Kasuari) ataupun sedang, misalnya telur penyu. Telur yang disterilkan dapat pula dipesan dan dimakan sebagaimana telur-telur yang tidak disterilkan, dengan sedikit perbedaan kandungan nutrisi. Telur yang disterilkan tidak akan mengandung embrio yang telah berkembang, sebagaimana lemari pendingin mencegah pertumbuhan sel-sel dalam telur.
Telur asin adalah istilah umum untuk masakan berbahan dasar telur yang diawetkan dengan cara diasinkan (diberikan garam berlebih untuk menonaktifkan enzim perombak). Kebanyakan telur yang diasinkan adalah telur itik, meski tidak menutup kemungkinan untuk telur-telur yang lain. Telur asin baik dikonsumsi dalam waktu satu bulan (30 hari). Di Indonesia, terutama di pulau Jawa telur asin biasanya diproduksi dash telur bebek pelari (Anas platyrhynchos domesticus) yang memiliki ciri khas cangkang telur yang berwarna hijau-kebiruan.
Di Jawa Tengah, daerah Brebes dikenal sebagai penghasil utama telur asin. Industri telur asin di Brebes cukup meluas hingga tersedia berbagai pilihan kualitas telur asin. Masing-masing produsen memiliki cap sendiri-sendiri yang biasanya dapat dilihat pada kulit telur. Walaupun selera orang berbeda-beda, telur asin yang dinilai berkualitas tinggi memiliki ciri-ciri bagian kuning telur berwarna jingga terang hingga kemerahan, "kering" (jika digigit tidak mengeluarkan cairan), tidak menimbulkan bau amis, dan rasa asin tidak menyengat.

B.  Tujuan Kegiatan
Tujuan umum dari kegiatan pembuatan telur asin ini adalah :
a.    Mengembangkan potensi pengolahan telur.
b.    Memperkenalkan inovasi-inovasi pada produk hewani berupa telur.
c.    Mengetahui perkembangan pasar yang dituju untuk modifikasi produk telur asin.

C.  Manfaat Kegiatan
Manfaat dari kegiatan pembuatan telur asin ini adalah :
1.    Memperoleh gizi yang tercukupi pada produk telur asin.
2.    Mengurangi angka kekurangan gizi atau gizi buruk pada masyarakat luas.
3.    Mendapatkan sumber referensi bagi yang melakukan penelitian secara lanjut.
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain daging, ikan dan susu. Umumnya telur yang dikonsumsi berasal dari jenis-jenis burung, seperti ayam, bebek, dan angsa, akan tetapi telur-telur yang lebih kecil seperti telur ikan, kadang juga digunakan sebagai campuran dalam hidangan (kaviar). Selain itu dikonsumsi pula juga telur yang berukuran besar seperti telur burung unta (Kasuari) ataupun sedang, misalnya telur penyu. Telur yang disterilkan dapat pula dipesan dan dimakan sebagaimana telur-telur yang tidak disterilkan, dengan sedikit perbedaan kandungan nutrisi. Telur yang disterilkan tidak akan mengandung embrio yang telah berkembang, sebagaimana lemari pendingin mencegah pertumbuhan sel-sel dalam telur.
Telur asin adalah istilah umum untuk masakan berbahan dasar telur yang diawetkan dengan cara diasinkan (diberikan garam berlebih untuk menonaktifkan enzim perombak). Kebanyakan telur yang diasinkan adalah telur itik, meski tidak menutup kemungkinan untuk telur-telur yang lain. Telur asin baik dikonsumsi dalam waktu satu bulan (30 hari). Di Indonesia, terutama di pulau Jawa telur asin biasanya diproduksi dash telur bebek pelari (Anas platyrhynchos domesticus) yang memiliki ciri khas cangkang telur yang berwarna hijau-kebiruan.
Di Jawa Tengah, daerah Brebes dikenal sebagai penghasil utama telur asin. Industri telur asin di Brebes cukup meluas hingga tersedia berbagai pilihan kualitas telur asin. Masing-masing produsen memiliki cap sendiri-sendiri yang biasanya dapat dilihat pada kulit telur. Walaupun selera orang berbeda-beda, telur asin yang dinilai berkualitas tinggi memiliki ciri-ciri bagian kuning telur berwarna jingga terang hingga kemerahan, "kering" (jika digigit tidak mengeluarkan cairan), tidak menimbulkan bau amis, dan rasa asin tidak menyengat.

B.  Tujuan Kegiatan
Tujuan umum dari kegiatan pembuatan telur asin ini adalah :
a.    Mengembangkan potensi pengolahan telur.
b.    Memperkenalkan inovasi-inovasi pada produk hewani berupa telur.
c.    Mengetahui perkembangan pasar yang dituju untuk modifikasi produk telur asin.

C.  Manfaat Kegiatan
Manfaat dari kegiatan pembuatan telur asin ini adalah :
1.    Memperoleh gizi yang tercukupi pada produk telur asin.
2.    Mengurangi angka kekurangan gizi atau gizi buruk pada masyarakat luas.
3.    Mendapatkan sumber referensi bagi yang melakukan penelitian secara lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.  Karakteristik Telur Asin
Telur khususnya telur itik dapat dibuat/diolah untuk berbagai macam makanan.Salah satu diantaranya adalah telur asin. Telur asin aman dan penuh gizi baik untuk dikonsumsi oleh bayi hingga lansia selama dikonsumsi secara tidak berlebihan. Secara fisik warna kulit telur asin tersebut asli putih atau hijau. Sebuah telur yang baik dan segar, pendapat Buckle et al. (1987) dan Sulandra et al. (1992) dapat dirangkum di sini bahwa telur tersebut harus lengkap terdiri atas kulit telur, membrana kulit telur, putih telur bagian luar dan dala, khalaza, membrana fitelin (selaput tipis yang mengelilingi kuning telur), blastidisk, kuning telur; selanjutnya secara subjektif ukurannya besar, bentuknya elips, warnanya cerah, tekstur kulitnya mengkilap, bersih, tidak retak, rongga udara kecil, putih telur tampak jelas, dan secara objektif kesegaran telur dapat diukur dengan cara pengukuran kualitas telur dengan dipecah kemudian diukur bagian dalamnya baik itu indeks putih telur atau pun indeks kuning telurnya (Yupardhi dkk, 2011).
Protein telur memiliki susunan asam amino esensial yang lengkap, sehingga dijadikan standar untuk menentukan mutu protein dari bahan lain. Keunggulan telur sebagai produk peternakan yang kaya gizi, juga merupakan suatu kendala karena termasuk bahan pangan yang mudah rusak (Winarno dan Koswara, 2002). Telur secara umum mengandung komponen utama yang terdiri atas air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Perbedaan komposisi kimia antara spesies terutama terletak pada jumlah dan proporsi zat-zat yang dikandungnya yang dipengaruhi oleh keturunan, makanan dan lingkungan.
Membran vitelin adalah salah satu bagian dari kuning telur yang amat penting selama proses pengasinan karena mendorong air keluar dari kuning telur dan mencegah air masuk, mendorong NaCl masuk kedalam kuning telur dan mencegah NaCl keluar (Romanoff dan Romanoff, 1963). Struktur telur berdasarkan Stadelman dan Cotterill (1995), memperlihatkan adanya lapisan-lapisan pada telur, sehingga pada telur yang diasinkan, garam akan masuk secara bertahap dari putih telur ke kuning telur secara merata pada bagian produknya (Gambar 1.1).
Gambar 1.1 Struktur Telur menurut Stadelman dan Cotterill (1995)

 











Bagian kulit telur terdapat banyak pori-pori dengan bentuk yang tidak beraturan sebagai jalan keluar-masuk atau pertukaran air, gas dan bakteri ke dalam telur. Jumlah pori-pori tersebut bervariasi antara 100-200 lubang/cm2 luas permukaan kulit telur. Pori-pori berukuran sangat kecil sekitar 0,01-0,07 mm2 dan tersebar di seluruh permukaan kulit telur (Wicaksono, 2012).

B.  Penggaraman
Penggaraman merupakan proses penetrasi garam ke dalam bahan yang diasin dengan cara difusi setelah garam mengion menjadi Na + dan Cl -. Penambahan garam dalam jumlah tertentu pada suatu bahan pangan dapat mengawetkan bahan pangan tersebut. Hal ini disebabkan adanya kenaikan tekanan osmotik yang menyebabkan plasmolisis sel mikroba yaitu sel mengalami dehidrasi atau keluarnya cairan dari sel dan plasmolisis sel terhadap CO2. Penambahan garam juga akan mengurangi oksigen terlarut, menghambat kerja enzim, dan menurunkan aktivitas air (aw atau kandungan air bebas dalam bahan pangan). Proses pengasinan yang berhasil dengan baik ditentukan oleh karakteristik telur asin yang dihasilkan. Telur asin tersebut bersifat stabil, aroma dan rasa telurnya terasa nyata, penampakan putih dan kuning telurnya baik (Winarno dan Koswara, 2002).
Tekanan osmotik dalam larutan garam atau adonan lebih besar daripada tekanan osmotik dalam telur, sehingga larutan garam dapat masuk ke dalam telur. Garam yang digunakan dalam pengasinan adalah NaCl. Mekanisme yang terjadi adalah sebagai berikut : garam NaCl di dalam larutan mengion menjadi Na + dan Cl -. Kedua ion tersebut berdifusi kedalam telur melalui lapisan kutikula, bunga karang, lapisan mamilari, membran kulit telur, putih telur, membran vitelin, dan selanjutnya ke dalam kuning telur (Wicaksono, 2012).

A.    Perubahan Kimia Telur saat Proses Penggaraman
1.      Denaturasi Protein
Denaturasi dapat diartikan sebagai suatu perubahan atau modifikasi struktur sekunder, tersier, dan kuartener molekul protein tanpa terjadinya pemecahan ikatan-ikatan kovalen. Denaturasi protein dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu oleh panas, pH, bahan kimia, gelombang suara, tekanan yang tinggi dan mekanik. Senyawa kimia seperti urea dan garam dapat memecah ikatan hidrogen yang akhirnya menyebabkan denaturasi protein (Winarno, 1997).
Pemekaran atau pengembangan molekul protein yang terdenaturasi akan membuka gugus reaktif yang ada pada rantai polipeptida. Selanjutnya akan terjadi pengikatan kembali pada gugus reaktif yang sama atau yang berdekatan pada susunannya. Bila unit ikatan yang terbentuk cukup banyak sehingga protein tidak lagi terdispersi sebagai suatu koloid, maka protein tersebut mengalami koagulasi. Apabila ikatan-ikatan antara gugus-gugus reaktif protein tersebut menahan seluruh cairan, maka akan terbentuk menjadi gel (Winarno, 1997).


2.      Koagulasi
Perubahan struktur molekul protein telur adalah akibat dari hilangnya kelarutan, dan pengentalan, atau perubahan dari bentuk cair (sol) menjadi padat atau semi padat (gel) yang dapat disebabkan oleh pemanasan, perlakuan mekanik, garam, asam, alkali, dan bahan alkali lain seperti urea. Perubahan dari sol menjadi gel ini disebut koagulasi (Stadelman dan Cotteril, 1995).
Konsentrasi terbesar dalam lapisan putih telur adalah ovomucin. Mucin berperan dalam proses koagulasi. Kalaza mempunyai kandungan mucin yang tinggi dan mempunyai daya tahan terhadap penggumpalan. Sebaliknya, kuning telur mengandung komponen non protein yang merupakan subyek penggumpalan. Bila dalam suatu larutan protein ditambahkan garam, daya larut protein akan berkurang, akibatnya protein akan terpisah sebagai endapan. Peristiwa pemisahan protein ini disebut sebagai salting out. Bila garam netral yang ditambahkan berkonsenterasi tinggi, maka protein akan mengendap (Winarno, 1997).

B.     Telur Asin
Pada umumnya lama proses pengasinan yang dilakukan dalam pembuatan telur asin adalah 14 hari. Cara ini didapat dari pengalaman pendahulu yang telah turun-temurun membuat telur asin dengan lama pemeraman 14 hari. Idris (1984) menyatakan bahwa lama pemeraman kedalam pembuatan telur asin adalah 10-15 hari, sedangkan sedangkan Afriani dan Lukman (1998) yang melakukan pemeraman secara bertahap mulai dari 7 hari, 10 hari, dan 13 hari, menyatakan bahwa lama pemeraman antara 10 dan 13 hari tidak terlalu berbeda tingkat keasinannya (Widowati dkk, 2012).
Kebanyakan telur yang diasinkan adalah telur itik, meski tidak menutup kemungkinan untuk telur-telur yang lain. Telur asin baik dikonsumsi dalam waktu satu bulan (30 hari). Produk pangan ini bersifat praktis dan dapat dipadukan dengan berbagai masakan misalnya nasi jamblang, dan nasi lengko, bahkan dapat pula dimakan tanpa nasi. Nelayan yang melaut atau orang yang bepergian untuk waktu lama biasa membawa telur asin untuk bekal.
Di Jawa Tengah, daerah Brebes dikenal sebagai penghasil utama telur asin. Industri telur asin di Brebes cukup meluas hingga tersedia berbagai pilihan kualitas telur asin. Masing-masing produsen memiliki cap sendiri-sendiri yang biasanya dapat dilihat pada kulit telur. Walaupun selera orang berbeda-beda, telur asin yang dinilaiberkualitas tinggi memiliki ciri-ciri bagian kuning telur berwarna jingga terang hingga kemerahan, "kering" (jika digigit tidak mengeluarkan cairan), tidak menimbulkan bau amis, dan rasa asin tidak menyengat (Zulfiandri dkk, 2012).

C.  Inovasi
Inovasi dalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan/atau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi (UU No. 18 tahun 2002).
Menurut Porter (1998) innovation adalah proses dan hasil penciptaan sesuatu yang baru, yang bernilai. Innovasi mencakup keseluruhan proses dari identifikasi, ide atau penemuan sampai pengembangan, prototipe, produksi dan pemasaran atau penjulan, dimana dibutuhkan kewirausahaan untuk menggerakkan komersialisasi. Inovasi dimaksudkan untuk komersialisasi. Prosess inovasi tidak dapat dipisahkan dari strategi perusahaan dalam konteks persaingan. Secara tradisional fokus diberikan pada proses atau produk baru, tapi akhir-akhir ini fokus utama pada model bisnis, bagaimana cara perusahaan mengirimkan nilai dan menjaga keuntungan.
Menurut pendapat Sukardi (2009), dalam hal penelitian ilmiah, ada tiga tipe kebaruan atau inovasi yang dapat ditunjukkan, yaitu (1) kebaruan yang merupakan hasil penelitian yang baru dan belum ada peneliti lain yang mengerjakannya atau mempublikasikan hasil penelitian yang dikerjakan tersebut, (2) kebaruan yang merupakan improvisasi atau penguatan terhadap kelemahan-kelemahan yang ada pada hasil penelitian sebelumnya, (3) kebaruan yang merupakan sanggahan terhadap hasil penelitian sebelumnya. Ketiga jenis atau tipe kebaruan tersebut memiliki karakteristik tersendiri yang pada dasarnya tetap mengakar pada fenomena atau persoalan yang ingin dicari jawaban atau solusinya (Zulfiandri dkk, 2012).
BAB III
METODOLOGI

A.    Bahan
  1. 10 lembar daun salam
  2. 2 sendok teh hijau
  3. ½ ons kayu secang
  4. 10 lembar daun jambu batu
  5. ½ ons akar alang-alang
  6. 1 lembar daun dewa
  7. 3 liter air
  8. 1 kg tanah merah
  9. 1 kg garam
  10. ½ kg gula merah

B.     Alat
1.      Peti Kayu
2.      Plastik Polybag Besar
3.      Wajan
4.      Kompor
5.      Pengaduk

C.    Cara Memilih Telur
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih telur bebek/itik yang baik untuk membuat telur asin.
  1. Pilih telur bebek yang baru ditelurkan paling lambat 4 hari setelah ditelurkan, karena bila lewat 4 hari kualitas telur sudah tidak baik.
  2. Pilih telur yang memiliki kulit telur yang bersih dan berwarna mulus.
  3. Jika diteropong sambil digerak-gerakan akan tampak kuning telur didalamnya. Bila terlihat jernih, rongga kantung udaranya kecil, kuning telur terletak di tengah dan tidak ternoda, itu artinya telur tersebut baik. Namun jika kuning telur bergeser, putih telurnya encer, dan terdapat noda warna tua di dalam kuning telur, hal tersebut menandakan telur itu telur rusak.
  4. Telur bebek yang baik adalah jika direndam kedalam air, telur akan tenggelam sedangkan bila telur tersebut jelek, maka akan terapung.
5.      Telur asin rasanya akan lebih enak, jika bebeknya diberi makan udang, atau limbah udang seperti kepala atau kulit udang. Hasilnya kuning telur akan berwarna lebih oranye, lebih gurih, seperti udang.

D.    Cara Pembuatan
Cara pembuatan telur asin herbal, yaitu :
1.      Telur dicuci hingga besih dari kotoran dengan air mengalir. Langkah berikutnya adalah membuat racikan herbal dengan cara merebus: 10 lembar daun salam, 2 sendok teh hijau, ½ ons kayu secang, 10 lembar daun jambu batu, ½ ons akar alang-alang, 1 lembar daun dewa, dan 3 liter air.
2.      Takaran tersebut bisa digunakan untuk kurang lebih 100 butir telur bebek. Rebus racikan herbal sebanyak 1 liter. Setelah itu, air herbal hasil rebusan dicampurkan dengan 1 kg tanah merah, 1 kg garam, dan½ kg gula merah.
3.      Lalu kemudian masak sampai mendidih. Setelah mendidih diamkan adonan tersebut hingga dingin, setelah dingin adonan tersebut dilulurkan keseluruh telur bebek hingga merata.
4.      Telur asin yang sudah dilulurkan, diletakkan pada peti kayu ditutup plastik polybag besar selama 15 hari. Setelah 15 hari, bersihkan telur dari adonan hingga bersih, lalu rebus selama beberapa menit hingga matang.
5.      Dengan proses tersebut, dapat menghasilkan telur asin dengan mutu yang baik, warna telur yang lebih menarik, serta citarasa yang lebih enak, dan berkurangnya kandungan kolesterol. Harus diperhatikan dalam proses pembuatan adalah saat mencuci telur.
6.      Jika telur tidak dicuci dengan bersih maka biasanya kotoran dapat mempengaruhi rasa telur, begitu juga bila takaran herbal tidak sesuai maka rasa dan khasiat telur asin herbal rasa udang akan terpengaruh sehingga tidak sesuai dengan yang diinginkan.
hBAB IV
PEMBAHASAN

Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah. Telur dapat dimanfaatkan sebagai lauk, bahan pencampur berbagai makanan, tepung telur, obat, dan lain sebagainya. Telur terdiri dari protein 13 %, lemak 12 %, serta vitamin, dan mineral. Nilai tertinggi telur terdapat pada bagian kuningnya.
Kuning telur mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan serta mineral seperti : besi, fosfor, sedikit kalsium, dan vitamin B kompleks. Sebagian protein (50%) dan semua lemak terdapat pada kuning telur. Adapun putih telur yang jumlahnya sekitar 60 % dari seluruh bulatan telur mengandung 5 jenis protein dan sedikit karbohidrat. Kelemahan telur yaitu memiliki sifat mudah rusak, baik kerusakan alami, kimiawi maupun kerusakan akibat serangan mikroorganisme melalui pori-pori telur. Oleh sebab itu usaha pengawetan sangat penting untuk mempertahankan kualitas telur.
Telur akan lebih bermanfaat bila direbus setengah matang dari pada direbus matang atau dimakan mentah. Telur yang digoreng kering juga kurang baik, karena protein telur mengalami denaturasi/rusak, berarti mutu protein akan menurun. Macam-macam telur adalah : telur ayam (kampung dan ras), telur bebek, puyuh dan lain-lain. Kualitas telur ditentukan oleh : 1) kualitas bagian dalam (kekentalan putih dan kuning telur, posisi kuning telur, dan ada tidaknya noda atau bintik darah pada putih atau kuning telur) dan 2) kualitas bagian luar (bentuk dan warna kulit, permukaan telur, keutuhan, dan kebersihan kulit telur).
Umumnya telur akan mengalami kerusakan setelah disimpan lebih dari 2 minggu di ruang terbuka. Kerusakkan tersebut meliputi kerusakan yang nampak dari luar dan kerusakan yang baru dapat diketahui setelah telur pecah. Kerusakan pertama berupa kerusakan alami (pecah, retak). Kerusakan lain adalah akibat udara dalam isi telur keluar sehingga derajat keasaman naik. Sebab lain adalah karena keluarnya uap air dari dalam telur yang membuat berat telur turun serta putih telur encer sehingga kesegaran telur merosot. Kerusakan telur dapat pula disebabkan oleh masuknya mikroba ke dalam telur, yang terjadi ketika telur masih berada dalam tubuh induknya. Kerusakan telur terutama disebabkan oleh kotoran yang menempel pada kulit telur. Cara mengatasi dengan pencucian telur sebenarnya hanya akan mempercepat kerusakan. Jadi pada umumnya telur yang kotor akan lebih awet daripada yang telah dicuci. Penurunan mutu telur sangat dipengaruhi oleh suhu penyimpanan dan kelembaban ruang penyimpanan.
Telur asin, tak asing dikalangan masyarakat terutama yang berdomisilir daerah jawa. Telur asin adalah telur yang berasal dari unggas yang biasa kita kenal hewan bebek  atau itik yang diawetkan dengan cara diasinkan (diberikan garam berlebih untuk menonaktifkan enzim perombak), meski tidak menutup kemungkinan untuk telur-telur yang lain. Telur asin baik dikonsumsi dalam waktu satu bulan (30 hari).
Di Indonesia, terutama di pulau Jawa telur asin biasanya diproduksi dash telur bebek pelari (Anas platyrhynchos domesticus) yang memiliki ciri khas cangkang telur yang berwarna hijau-kebiruan. Panganan ini bersifat praktis dan dapat dipadukan dengan berbagai masakan misalnya nasi jamblang, dan nasi lengko, bahkan dapat pula dimakan tanpa nasi. Nelayan yang melaut atau orang yang bepergian untuk waktu lama biasa membawa telur asin untuk bekal.
Prinsip pengawetan telur adalah untuk mencegah masuknya bakteri pembusuk ke dalam telur dan mencegah keluarnya air dari dalam telur. Beberapa proses pengawetan telur utuh yang diawetkan bersama kulitnya antara lain, proses pendinginan, proses pembungkusan kering, proses pelapisan dengan minyak, dan proses pencelupan dalam berbagai cairan. Untuk menjaga kesegaran dan mutu isi telur, diperlukan teknik penanganan yang tepat, agar nilai gizi telur tetap baik serta tidak berubah rasa, bau, warna, dan isinya.
Telur biasa kandungan kolestrolnya sampai 100 mg/dL, hasil olahan barunya kini tinggal 4mg/dL. Selain itu, kandungan lemaknya turun cukup signifikan. Lemak telur biasa pada umumnya 13,6 gr bisa ditekan jadi 5,24 gr. Keistimewaan lain, telur asin herbal rasa udang hasil produksi ini kini mengandung Omega 3 gr hingga 214,3 gr dan kandungan betakarotene mencapai 380. Sekarang bisa memproduksi telur asin yang memiliki keistimewaan selain bercita rasa udang juga aman bagi penderita kolestrol. Kandungan kolesterol di dalam telur 200 mg per butir, sedangkan kebutuhan kita berkisar antara 1.000-1.500 mg per hari. Namun, bila dikonsumsi berlebihan akan berdampak negatif pada kesehatan tubuh.
A.  Pemasaran
Target pasar untuk telur asin ini bisa masuk ke semua kalangan, terutama mereka yang peduli kesehatan. Karena harganya lebih mahal, seharga Rp 4.000 per butir, pemasaran bisa ke kalangan rumah tangga kelas menengah keatas, restoran, hotel bahkan supermarket. Untuk menawarkan telur asin herbal rasa udang ini bisa dilakukan dengan cara door to door (ditawarkan secara langsung) atau menggunakan media internet.
Penawaran secara langsung atau door to door biasa dilakukan oleh pelaku usaha pemula karena cara ini dianggap lebih efektif. Sedangkan untuk penggunaan media internet biasa dilakukan oleh pelaku usaha untuk memperluas pasar hingga keluar kota bahkan keluar daerah.
 Telur asin herbal rasa udang ini bisa dibilang produk baru yang masih sangat jarang pelakunya sehingga persaingan usaha telur asin herbal, sepi pesaing. Saingan utamanya tentu saja telur asin biasa, yang harganya lebih murah, karena tidak membutuhkan bahan herbal tambahan.
Untuk kalangan bawah yang sensitif harga dan tidak begitu peduli pada manfaat kesehatan, produk ini kurang bisa masuk. Karena itu upaya dan keunggulannya, serta upaya edukasi pasar harus lebih gencar dilakukan.
BAB V
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Dari kegiatan pengolahan telur itik yang telah kami lakukan dapat disimpulkan, sebagai berikut :
1.    Prinsip pengawetan telur adalah untuk mencegah masuknya bakteri pembusuk ke dalam telur dan mencegah keluarnya air dari dalam telur.
2.    Telur asin herbal rasa udang hasil produksi ini kini mengandung Omega 3 gr hingga 214,3 gr dan kandungan betakarotene mencapai 380.
4.    Kandungan kolesterol di dalam telur 200 mg per butir, sedangkan kebutuhan kita berkisar antara 1.000-1.500 mg per hari.
5.    Target pasar dengan harga lebih mahal, seharga Rp 4.000 per butir, pemasaran bisa ke kalangan rumah tangga kelas menengah keatas, restoran, hotel bahkan supermarket.

B.  Saran
Kegiatan pengolahan telur itik ini menjadi makanan awetan, baik dikonsumsi dalam kurung waktu ± 30 hari atau 1 bulan. Maka dari itu kegiatan ini dapat diterapkan dalam UKM kecil maupun menengah dengan cara pemasaran door to door (dari rumah ke rumah) atau bisa dari mouth to mouth (mulut ke mulut). Produk telur asin ini memiliki kadar lemak sedikit. Jadi, dapat bermanfaat bagi masyarakat yang menghindari kegemukan (obesitas) juga yang sangat memperhatikan kesehatan.





DAFTAR PUSTAKA

Buckle, K.A., R. A. Edwards, G.H. Fleet dan M. Woolton., 1987. Ilmu Pangan. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Wicaksono, A.D., dkk. 2012. Pembuatan Telur Itik Asin Hemat Energi dengan Teknik Pendinginan Nitrogen. Usulan Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM-P). UNES. Semarang.
Widowati, E., dkk. 2012. Kajian Organoleptik, Aktivitas Antioksidan, Total Fenol pada Variasi lama Pemeraman Pembuatan Telur Asin yang Ditambah Ekstrak Jahe (Zangiber officinale Roscoe). Jurnal Teknosains Pangan Vol. 1 No. 1 Oktober 2012, ISSN: 2302-0733. UNS. Surakarta.
Yupardhi, W.S., dkk. 2011. Inovasi Aneka Rasa Telur Asin dan Warna Kulitnya (Studi Pembuatan Telur Asin U.D. Winandi, Denpasar). The Excellence Research. UDAYANA. Bali.
Zulfiandri dkk, 2012. Inovasi Produk Agroindustri dari Perspektif Analisis Fungsional Contoh Kasus: Telur Asin Aneka Rasa. Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340. IPB. Bogor.

Lampiran
LAPORAN KEUANGAN
A.  PENGELUARAN
1.    Biaya tidak tetap
Item
Cost
20 lembar daun salam (@ 1 kilogram/100 lembar Rp 5000,-)
Rp 1000,-
1 kilogram teh hijau (@ 1 kilogram Rp 18000,-)
Rp 18000,-
1 ons kayu secang (@1 kilogram Rp 2500,-)
Rp 250,-
20 lembar daun jambu batu (@ 100 lembar Rp 4000,-)
Rp 800,-
1 ons akar alang-alang (@ 1 kilogram Rp 55000,-)
Rp 5500,-
1 batang daun dewa (@ 1 batang Rp 5000,-)
Rp 5000,-
2 kg garam (@ 1 kg Rp 4000,-)
Rp 8000,-
1 kg gula merah (@ 1 kilogram Rp 11000,-)
Rp 1000,-
Plastik Polybag Besar 1 kilogram (@ 1 kilogram/23 lembar Rp 15000,-)
Rp 15000,-
Telur Itik 200 butir (@ 1 butir Rp 1700,-)
Rp 240000,-
Total
Rp 294550,-

2.      Biaya Tetap
Item
Cost
Transportasi
Rp 20.000,-
Total
Rp 20.000,-

Total biaya pengeluaran = Biaya tidak tetap + biaya tetap
                                        = Rp 294.550,- + Rp 20.000,-
                                        = Rp 314.550,-

B.  Pemasukan
Item
Cost
Telur asin herbal rasa udang 200 butir (@1 butir Rp 4000,-)
Rp 800.000,-
Total
Rp 800.000,-

C.  Keuntungan
Laba = biaya pemasukan-biaya pengeluaran
          = Rp 800.000 - Rp 314.550
          = Rp 485.450,-



Comments

Popular posts from this blog

PT. So Good Food Jl. Raya Solo - Boyolali

Tepung Terigu dan Standar Nasional Tepung Terigu

Tepung Tapioka kegunaannya dan Standar Nasional