Indeks Glikemik (IG) pada Produk Pangan dan Olahannya
Indeks Glikemik (IG) adalah
tingkatan pangan menurut efeknya terhadap gula darah. Indeks Glikemik (IG)
merupakan suatu ukuran untuk mengklasifikasikan pangan berdasarkan pengaruh
fisiologisnya terhadap kadar glukosa darah. Nilai IG produk pangan dipengaruhi
oleh sejumlah faktor, antara lain kadar serat pangan, kadar amilosa dan
amilopektin, kadar lemak dan protein, daya cerna pati, dan cara pengolahan.
Semakin tinggi nilai/kadar serat pangan total, rasio amilosa/amilopektin, serta
lemak dan protein, maka nilai IG semakin rendah. Sementara itu, daya cerna pati
yang tinggi menyebabkan nilai IG yang tinggi.
Cara pengolahan produk pangan dapat menurunkan atau menaikkan
nilai IG produk pangan tersebut. Perubahan gaya hidup dan pola konsumsi pangan
masyarakat telah berdampak terhadap peningkatan penyakit degeneratif, seperti
diabetes melitus (DM) dan hipertensi. DM ditandai dengan kadar glukosa darah
melebihi nilai normal dan gangguan metabolisme insulin.
Kategori Pangan
|
Rentang IG
|
IG Rendah
|
< 55
|
IG Sedang
|
55 – 70
|
IG Tinggi
|
> 70
|
** Manfaat Konsumsi Makanan
Rendah IG
1. BG (Beban Glikemik)
rendah
2. Kadar Kolesterol rendah
3. Berat badan rendah
4. Resiko penyakit jantung
5. Resiko DM (Diabetes
Glikemik) rendah
Diabetes melitus (DM) merupakan penyebab kematian nomor enam pada semua
kelompok umur. Jumlah penderita DM meningkat dengan cepat di seluruh dunia dan
penyakit ini sudah menjadi penyakit epidemi global (Sinaga dan Wirawanni,
2012). Wild et al., (2004)
memperkirakan pada tahun 2030 jumlah penderita DM di Indonesia mencapai 21,3
juta jiwa. Sementara Soewondo dan Laurentius (2011) melaporkan prevalensi
pra-diabetes di Indonesia sebesar 10%. Penderita diabetes yang berumur 20-79
tahun di dunia mencapai 382 juta orang (IDF, 2013). Indonesia dengan prevalensi
diabetes 154.062 penderita berada di urutan keempat setelah China (1.023.504
penderita), India (760.429) penderita), dan Amerika Serikat (223.937 penderita)
(IDF, 2013).
**Kadar Amilosa dan
Amilopektin
A. Amilosa
- Menyerap sedikit
Air
- Molekul membentuk
gumpalan padat
- Rata pencernaan lebih
lambat
>> Indeks Glikemik
Rendah
1. Kacang Merah (28)
2. Padi LG yang dipukuli
(50)
B. Amilopektin
- Menyerap lebih banyak
air
- Molekul yang terbentuk
terbuka
- Pencernaan lebih cepat
>> Indeks Glikemik
Tinggi
1. Kentang Russet (85)
2. Beras Ketan (98)
** Kadar Serat
=> Serat larut mengubah
makanan di dalam usus menjadi bahan seperti gel yang memperlambat aktivitas
enzimatik pada pati.
>> Indeks Glikemik
Rendah
1. Apel (40)
2. Gulungan Oats (51)
>> Indeks Glikemik
Tinggi
1. Roti Gandum (73)
2. Cheerios (74)
** Kadar Gula
Sugar Content
Gula => Sukrosa =>
Glukosa + Fruktosa
(IG 60) (IG 100)
(IG 19)
Pati => Maltosa =>
Glukosa + Glukosa
(IG 105) (IG 100)
(IG 100)
>> Indeks Glikemik
Rendah
1. Frosted Flakes (55)
2. Kismis Bran (61)
>> Indeks Glikemik
Tinggi
1. Golden Grahams (71)
2. Rice Krispies (82)
** Kadar Asam
Asam memperlambat
pengosongan lambung => memperlambat pencernaan pati
>> Indeks Glikemik
Rendah
1. Sourdough wheat bread
(54)
>> Indeks Glikemik
Tinggi
1. Wonder white bread (73)
** Cara Pengolahan
- Cooking
Pengolahan membuat molekul
pati mengembang dan melembutkan makanan => mempercepat laju pencernaan.
>> Indeks Glikemik
Rendah
1. Al dente spaghetti
- boiled 10 to 15 minutes (44)
>> Indeks Glikemik
Tinggi
1. Over - cooked spaghetti
- boiled 20 minutes (64)
Tabel Kadar Protein dan
Lemak serta Indeks Glikemik (IG)
Produk Pangan
|
Protein (%)
|
Lemak (%)
|
Nilai IG
|
Referensi
|
Jagung manis rebus (basis kering)
|
19,69
|
9,89
|
41,22
|
Amalia et al., (2011)
|
Jagung manis bakar (basis kering)
|
23,11
|
10,50
|
55,31
|
Amalia et al., (2011)
|
Sukun rebus
|
3,20
|
0,73
|
89,00
|
Rakhmawati et al.,
(2011)
|
Sukun kukus
|
2,11
|
0,61
|
85,00
|
Rakhmawati et al.,
(2011)
|
Bolu kukus
|
4,93
|
1,45
|
46,00
|
Nisviaty (2006)
|
Beras pratanak
|
7,23
|
0,83
|
60,32
|
Widowati et al.,
(2009)
|
Tabel Nilai Indeks Glikemik (IG) Produk
Pangan dan Olahannya
Produk
Pangan
|
Nilai
IG
|
Referensi
|
Jagung
|
28,66 – 41,37
|
Richana et al., (2012)
|
Jagung manis
|
55,00 – 62,00
|
Mendosa (2008)
|
Jagung manis rebus
|
41,94
|
Amalia et al., (2011)
|
Jagung manis tumis
|
23,13
|
Amalia et al., (2011)
|
Jagung manis bakar
|
58,54
|
Amalia et al., (2011)
|
Beras giling Membramo
|
67,00
|
Widowati et al., (2007, 2008)
|
Beras pratanak Membramo
|
56,00
|
Widowati et al., (2007, 2008)
|
Beras fungsional
|
49,00
|
Widowati et al., (2007, 2008)
|
Beras varietas Batang Piaman
|
86,00
|
Purwani et al., (2007)
|
Beras Batang Piaman parboiled
|
59,00
|
Purwani et al., (2007)
|
Beras varietas IR36
|
45,00
|
Purwani et al., (2007)
|
IR36 parboiled
|
123,00
|
Purwani et al., (2007)
|
Sukun goreng*
|
82,00
|
Rakhmawati et al.,
(2011)
|
Sukun kukus
|
89,00
|
Rakhmawati et al.,
(2011)
|
Sukun rebus
|
85,00
|
Rakhmawati et al.,
(2011)
|
Kukis sukun*
|
80,00
|
Rakhmawati et al.,
(2011)
|
Mi instan hotong
|
48,45
|
Prasetyo (2008)
|
Bubur instan hotong
|
59,57
|
Prasetyo (2008)
|
Snack hotong (camilan hotong)
|
45,31
|
Prasetyo (2008)
|
* =
ditambahkan lemak
Referensi :
o
Arif, A.B., Budiyanto, A., dan Hoerudin. 2013. Nilai Indeks Glikemik
Produk Pangan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jurnal Litbang Pertanian Vol. 32 (3): 91-99. Bogor: Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.
o
Amalia, S.N., Rimbawan, dan M. Dewi. 2011. Nilai indeks glikemik
beberapa jenis pengolahan jagung manis (Zea
mays saccharata Sturt). Jurnal Gizi
dan Pangan 6(1): 36-41.
o IDF (International Diabetes Federation). 2013. Diabetes Atlas. Sixth Ed. www.idf.org.
o
Mendosa, D. 2008. Revised
International Table of Glycemic Index (GI) and Glycemic Load (GL) Values.
o
Nisviaty, A. 2006. Pemanfaatan tepung ubi jalar klon bb00105.10
sebagai bahan dasar produk olahan kukus serta evaluasi mutu gizi dan indeks
glikemiknya. Skripsi. Fakultas
Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.
o
Prasetyo, R. 2008. Evaluasi mutu gizi dan indeks glikemik produk
olahan hotong (Setaria etalica). Skripsi.
Fakultas Teknologi Pertanian Institut Bogor.
o
Purwani, E.Y., S. Yuliani, S.D. Indrasari, S. Nugraha, dan R.
Thahir. 2007. Sifat fisikokimia beras dan indeks glikemiknya. J. Teknologi dan Industri Pangan
XVIII(1): 59 – 66.
o
Rakhmawati, F.K.R., Rimbawan, dan L. Amalia. 2011. Nilai indeks
glikemik berbagai produk olahan sukun (Artocarpus
altilis). Jurnal Gizi dan Pangan
6(1): 28 – 35.
o Richana, N., Ratnaningsih., A.B. Arif, and M. Hayuningtyas. 2012. Characterization of varietas of maize with a
low glycemic index to support food security. International Maize Conference
in Gorontalo.
o
Sinaga, E. dan Y. Wirawani. 2012. Pengaruh pemberian susu kedelai terhadap kadar glukosa darah puasa pada
wanita prediabetes. J. Nutr. Coll. 1(1): 563-579.
o Widowati, S. 2007. Pemanfaatan ekstrak teh hijau (Camellia sinensis O. Kuntze) dalam
pengembangan beras fungsional untuk pendrita diabetes melitus. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.
o Widowati, S., M. Astawan, D. Muchtadi, dan T. Wresdiyati. 2008. Pemanfaatan ekstrak teh hijau dalam
pengembangan beras instan fungsional. Hal. 517-531. Dalam A.K. Makarim, B.
Suprihatno, Z. Zaini, A. Widjono, L.N. Widiarta, Hermanto, dan H. Kasim (Ed.).
Inovasi Teknologi Tanaman pangan. Prosiding Simposium Tanaman Pangan V, Buku 2.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
Comments
Post a Comment