JAHE
JAHE
Jahe
(Zingiber officinale (L.) Rosc.) mempunyai kegunaan yang cukup beragam, antara
lain sebagai rempah, minyak atsiri, pemberi aroma, ataupun sebagai obat
(Bartley dan Jacobs 2000). Secara tradisional, kegunaannya antara lain untuk
mengobati penyakit rematik, asma, stroke, sakit gigi, diabetes, sakit otot,
tenggorokan, kram, hipertensi, mual, demam dan infeksi (Ali et al. 2008; Wang
dan Wang 2005; Tapsell et al. 2006).
Berdasarkan
bentuk, warna, dan ukuran rimpang, ada 3 jenis jahe yang dikenal, yaitu jahe
putih besar/jahe badak, jahe putih kecil atau emprit dan jahe sunti atau jahe
merah. Secara umum, ketiga jenis jahe tersebut mengandung pati, minyak atsiri,
serat, sejumlah kecil protein, vitamin, mineral, dan enzim proteolitik yang
disebut zingibain (Denyer et al. 1994). Menurut penelitian Hernani dan Hayani
(2001), jahe merah mempunyai kandungan pati (52,9%), minyak atsiri (3,9%) dan
ekstrak yang larut dalam alkohol (9,93%) lebih tinggi dibandingkan jahe emprit (41,48,
3,5 dan 7,29%) dan jahe gajah (44,25, 2,5 dan 5,81%). Nilai nutrisi dari 100 g
jahe kering dengan kadar air 15% mempunyai komposisi 7,2-8,7 g, lemak 5,5-7,3
g, abu 2,5-5,7 g, abu (4,53 g), besi (9,41 mg),
kalsium (104,02 mg) dan fosfor (204,75 mg) (Nwinuka et al. 2005; Hussain
et al. 2009; Odebunmi et al. 2010).
Rasa pedas
dari jahe segar berasal dari kelompok senyawa gingerol, yaitu senyawa turunan
fenol. Limpahan / komponen tertinggi dari gingerol adalah [6]-gingerol. Rasa
pedas dari jahe kering berasal dari senyawa shogaol ([6]-shogaol), yang merupakan
hasil dehidrasi dari gingerol. Di dalam jahe merah Indonesia senyawa gingerol
dan shogaol yang ditemukaan adalah [6]-gingerol dan [6]-shogaol (Hernani dan Hayani
2001). Komponen kimia utama pemberi rasa pedas adalah keton aromatik yang disebut
gingerol terdiri dari 6, 8 dan 10 gingerol.
Jahe kering
mempunyai kadar air 7-12%, minyak atsiri 1-3%, oleoresin 5-10%, pati 50-55% dan
sejumlah kecil protein, serat, lemak sampai 7% (Eze dan Agbo 2011). Aroma
jahe sangat tergantung pada kandungan minyak atsirinya (1-3%) (Ali et al.
2008). Adanya variasi komponen kimia dalam minyak atsiri jahe bukan saja
dikarenakan varitasnya, tetapi kondisi agroklimat (iklim, musim, geografi)
lingkungan, tingkat ketuaan, adaptasi metabolit dari tanaman, kondisi destilasi
dan bagian yang dianalisa (Anwar et al. 2009; Abd El Baky dan El Baroty 2008; Singh
et al. 2008; Wang et al. 2009).
Beberapa
komponen kimia jahe, seperti gingerol, shogaol dan zingerone memberi efek
farmakologi dan fisiologi seperti antioksidan, antiimflammasi, analgesik,
antikarsinogenik, non-toksik dan non-mutagenik meskipun pada konsentrasi tinggi
(Surh et al. 1998; Masuda et al. 1995; Manju dan Nalini 2005; Stoilova et al. 2007).
Minyak dalam ekstrak mengandung seskuiterpen, terutama zingiberen, monoterpen
dan terpen teroksidasi.
Oleoresin
jahe mengandung lemak, lilin, karbohidrat, vitamin dan mineral. Oleoresin
memberikan kepedasan aroma yang berkisar antara 4-7% dan sangat berpotensi
sebagai antioksidan (Balachandran et al. 2006). Proses pengolahan terutama yang
menggunakan pemanasan ternyata akan menurunkan kadar [6]-gingerol (He et al. 1998;
Zhang et al. 1994). Hasil penelitian Puengphian dan Sirichote (2008),
menunjukkan bahwa jahe segar (kadar air 94%), 17%-nya mempunyai kandungan [6]-gingerol 21,15 mg/g. Adanya
pengeringan pada suhu 55 ± 2° C selama 11 jam menghasilkan kadar air 11,54 ±
0,29% dengan kadar [6] gingerol 18,81 mg/g.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, B.H., G. Blunden, M. O. Tanira dan A. Nemmar. 2008. Some phytochemical, pharmacological and
toxicological properties of ginger (Zingiber officinale Roscoe): A review of
recent research. Food and Chemical Toxicology. 46 : 409–420.
Anwar, F., M. Ali, A.L. Hussain dan M. Shahid. 2009. Antioxidant and antimicrobial activities of
essential oil and extracts of fennel (Foeniculum vulgare Mill.) seeds from
Pakistan. Flav. Frag. J. 24 : 170-176.
Balachandran, S., S. E. Kentish and R. Mawson. 2006. The effect of both preparation method and
season on the supercritical extraction of ginger. Sep. Purif. Technol. 48
(2) : 94-105.
Bartley, J. dan A. Jacobs. 2000. Effects of drying on flavour compounds in Australian-grown ginger
(Zingiber officinale). Journal of the Science of Food and Agriculture.
80:209–215.
Denyer, C.V., P. Jackson, D.M. Loakes, M.R. Ellis dan D.A.B.
Yound. 1994. Isolation of antirhinoviral
sesquiterpenes from ginger (Zingiber officinale). J Nat Products. 57 :
658-662.
Eze, J.I. dan K.E. Agbo. 2011. Comparative
studies of sun and solar drying of peeled and unpeeled ginger. Am. J. Sci.
Ind. Res. 2 : 136-143.
He, X., W.B. Matthew, L. Lian dan L. Lin. 1998. High-performance liquid
chromatography-electrospray mass spectrometric analysis of pungent constituents
of ginger. J. Chromatogra. 796 (2) :327-334.
Hernani dan E. Hayani. 2001. Identification
of chemical components on red ginger (Zingiber officinale var. Rubrum) by GC-MS.
Proc. International Seminar on natural products chemistry and utilization of
natural resources. UI-Unesco, Jakarta : 501-505.
Nwinuka, N., G. Ibeh dan G. Ekeke. 2005. Proximate composition and levels of some toxicants in four commonly
consumed spices. J. Appl. Sci. Environ. Mgt. 9: 150-155.
Odebunmi, E., O. Oluwaniyi dan M. Bashiru. 2010. Comparative proximate analysis of some food
condiments. J. App. Sci. Res. 6: 272-274.
Surh, Y.J., E. Loe dan J.M. Lee.1998. Chemopreventive properties of some pungent ingredients present in red
pepper and ginger. Mutat Res. 402:259-267.
Comments
Post a Comment